Netiket berkaitan erat dengan dua istilah, yaitu etiket dan etika. Etiket didefinisikan sebagai “aturan konvensional perilaku pribadi dalam masyarakat yang menyangkut kesopanan”. Adapun Etika yaitu: “berkaitan dengan moral yang baik dan terhormat” (lihat definisi keduanya dalam Concise Oxford Dictionary). Kelly (1996) mengatakan bahwa penulis beberapa artikel netiket lebih suka menggunakan kata “nethics” untuk mengistilahkan “pelanggaran berat di dunia maya daripada netiket,” dan netiket untuk pelanggaran ringan. Namun, sebagian besar peneliti tidak membuat perbedaan antara nethics dan netiket ketika mengacu pada kedua masalah moral dan standar kesopanan (Scheuermann, 1997).
Netiket berkaitan erat dengan dua istilah, yaitu etiket dan etika. Etiket didefinisikan sebagai “aturan konvensional perilaku pribadi dalam masyarakat yang menyangkut kesopanan”. Adapun Etika yaitu: “berkaitan dengan moral yang baik dan terhormat” (lihat definisi keduanya dalam Concise Oxford Dictionary). Kelly (1996) mengatakan bahwa penulis beberapa artikel netiket lebih suka menggunakan kata “nethics” untuk mengistilahkan “pelanggaran berat di dunia maya daripada netiket,” dan netiket untuk pelanggaran ringan. Namun, sebagian besar peneliti tidak membuat perbedaan antara nethics dan netiket ketika mengacu pada kedua masalah moral dan standar kesopanan (Scheuermann, 1997).
Terdapat beberapa pedoman dasar dalam Etika yang disebut oleh Rinaldy (1996) sebagai “The Ten Commandment of Computer Ethics, yaitu:
1. Tidak menggunakan komputer untuk merugikan orang lain.
2. Tidak mengganggu komputer orang lain.
3. Tidak mengintai file orang lain.
4. Tidak menggunakan komputer untuk mencuri.
5. Tidak menggunakan komputer untuk mengucapkan saksi dusta.
6. Tidak menggunakan atau menyalin perangkat lunak bajakan.
7. Tidak menggunakan sumber daya komputer orang lain tanpa otorisasi.
8. Tidak mencuri hasil karya orang lain.
9. Berpikir tentang konsekuensi sosial dari program atau posting yang Anda tulis.
10. Menggunakan komputer dengan cara bijak dan dengan rasa hormat pada pengguna lain.
Mengenai etiket, Brakeman (1995) menyajikan The Ten Commandment of Etiquette, yaitu:
1. Jangan pernah lupa bahwa pengguna lain adalah juga manusia.
2. Hendaknya menulis atau berkomentar secara singkat dan tepat.
3. Hormati pesan atau komentar orang lain.
4. Gunakan judul yang tidak menipu dalam posting/pesan.
5. Fahami siapa audiens dari posting Anda.
6. Hindari humor yang bersifat sarkasme.
7. Selalu tinjau kembali apa yang sudah Anda katakan
8. Bersosialisasilah (kembali kepada masyarakat yang riil).
9. Tidak terus mengulangi apa yang telah dikatakan.
10. Cantumkan referensi secara tepat.
Dari berbagai buku maupun jurnal-jurnal ilmiah yang dipublikasikan online, baik dipublikasikan secara terbuka maupun secara tertutup (seperti di Proquest, Ebsco, maupun portal jurnal online lain) terdapat beberapa panduan Netiket, yang dapat diringkas ke dalam beberapa poin penting. Virginia Shea (1994) pernah menulis buku khusus dengan judul “Netiquette” bisa dibaca offline di perpustakaan, bahkan ia membagikan bukunya secara gratis di laman ini. Virginia Shea menulis lengkap mengenai berbagai pedoman Netiket. Ia menulis 10 pedoman dasar mengenai Netiket.
Berikut ini adalah ringkasan dari pedoman netiket yang disarikan dari buku Virginia Shea dan dari beberapa jurnal penelitian:
1. Pikirkan dulu sebelum posting (Think first before posting)
Karakteristik sebuan pesan atau tulisan di dunia maya yaitu dapat disalin dan diteruskan secara cepat. Pertimbangan yang matang sebelum menulis mutlak diperlukan agar tidak terjadi dampak yang tidak diinginkan. Hindari menulis di saat kesal atau marah. Lebih baik menunggu satu hari atau beberapa saat daripada menulis atau menjawab komentar secara tergesa-gesa
2. Tulis judul posting dan komentar dalam huruf besar dan kecil. Huruf KAPITAL semua (uppercase) akan dipersepsi oleh orang lain seperti “BERTERIAK”, sementara jika huruf kecil semua akan menyulitkan untuk dibaca.
3. Hindari singkatan alay
Singkatan ini mungkin umum digunakan seperti “Pls, fwd, asap ” dan sejenisnya, tapi tidak semua orang faham.
4. Menulis dan berkomentar secara singkat dan fokus
Menulis atau berkomentar secara singkat dan fokus memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada ngalor-ngidul, ingin semua dibahas, menjadi tidak fokus. Singkat bukan berarti satu atau dua kata saja, tetapi fokus pada apa yang hendak disampaikan dengan bahasa yang singkat dan mudah dimengerti oleh semua orang. Ingatlah, bahwa manusia hanya akan mengingat kata terakhir saja atau kata yang menurutnya penting saja sebagai kata kunci dalam merespons. Gunakan spasi dan baris dengan baik untuk dapat menekankan informasi mudah untuk dibaca.
5. Hindari smiley atau emoticon
Tidak semua orang faham dengan arti dari sebuah emoticon. Seperti diungkapkan oleh Scheuermann (1997), emoticon dengan “gambar kepala orang yang sedang mengisap rokok” misalnya, si pembaca akan bertanya-tanya “apa maksudnya dari ini”? Saya juga tidak tahu sampai saat ini apa arti dari emoticon itu.
Emoticon sangat sedikit yang dapat dimengerti, kebanyakannya membingungkan. Banyak cara yang lebih baik untuk menyampaikan perasaan daripada dengan sebuah emoticon.
6. Hindari flaming
Pedoman ini adalah “Golden Rule“, aturan utama dalam netiket. Flaming secara mudahnya dapat diartikan penghinaan atau komentar kasar terhadap orang lain. Flaming juga dapat berarti lari dari substansi atau fokus diskusi. Secara lebih luas flaming adalah tindakan provokasi, mengejek, ataupun penghinaan yang menyinggung pengguna lain.
Menurut Virginia Shea, flaming dalam sebuah diskusi bisa berarti “perdebatan sengit” (istilah kitanya mungkin “debat kusir”). Flaming dalam arti debat, menurut Shea, kalaupun hendak mendebat hindari mendebat secara membabi-buta.
Hindari mendebat pada pemula ataupendatang baru yang mungkin berstatemen agak “bodoh”. Karena mungkin ilmunya masih terbatas atau belum mempelajari karakteristik dari forum yang ia ikuti.
Debat kusir tidak akan mencerminkan bahwa “Anda populer” atau “Anda pintar”, justru mendebat dengan membabi buta seringkali menyebabkannya terjebak pada komentar yang “bodoh” (poorly executed flames). Dalam buku Netiquette diingatkan bahwa, “Remember that a poorly executed flame is worse than no flame at all” (silahkan diartikan, saya susah untuk mencari padanan katanya).
7. Hindari sikap mudah tersinggung
Beberapa pesan berupa posting atau komentar mungkin tidak bermaksud untuk menggoda atau mencemooh. Misalnya, seseorang yang berkomentar tentang bagaimana cuaca di sekitarnya yang menurutnya menyenangkan. Lantas hal ini dipersepsi berbeda dan dikomentari oleh seseorang, bahwa cuaca di lingkungan sekitarnya jelek (bad weather). Padahal keduanya berbeda negara atau berbeda wilayah. Hal ini akan memicu salah pengertian. Keduanya sebetulnya benar, tetapi ketika bertemu dalam satu frame menjadi satu hal yang kontradiktif.
8. Hindari sikap atau kata-kata yang menggurui
Jauh lebih baik untuk menulis argumentasi dengan alasan yang logis daripada berkhotbah. Scheuermann (1997) mengutip pendapat dari seorang pendeta bernama Bob Crispen yang mengatakan: “Setiap orang dari waktu ke waktu selalu ingin mengkhotbahi orang lain, melangkah dengan berani ke perkemahan musuh dan menyampaikan ajaran atau keyakinannya, Anda benar, Anda salah, Anda masuk surga, Anda masuk neraka, dan seterusnya”.
9. Memaafkan kesalahan orang lain
Memaafkan bukan hanya di dunia nyata tetapi juga penting di dunia maya. Tentang ini saya rasa tidak usah dijabarkan lebih lanjut.
10. Kenali audiens
Posting dengan maksud yang benar tetapi disampaikan pada saat yang tidak tepat akan memicu pertengkaran. Hal ini karena penulis gagal memahami audiens dari tulisannya. Misalnya tulisan tentang kritik pada kondisi kemerdekaan RI tetapi disampaikan pada saat hari HUT Kemerdekaan dengan mengatakan “Kita Belum Merdeka”. Bayangkan jika ibu atau kekasih Anda sedang ulang tahun, apakah Anda akan tega mengkritiknya pada saat ia ulang tahun?**[harjasaputra]
Referensi:
Scheuermann, Larry; Taylor, Gary, Netiquette, Jurnal Internet Research 7. 4 (1997): 269-273.
Shea, Virginia. Netiquette. Cornell Univ: Albio Publisher, 1994, digitized 2004.
Kelly, P. J. (1996), “Netiquette and Nethics” from Back to Netropolitan Life, Mind your Manners, available: http://www-home.calumet.yorku.a/pkelly/www/ nquette.htm
Brakeman, L. (1995), “E-mail Lists are the Ultimate Electronic Penpals, ” Managed Healthcare, Vol. 5, July, p. 50.