Setelah menempuh sembilan jam perjalanan Jakarta – Jeddah, alhamdulillah saya beserta para petugas haji Daerah Kerja Mekkah sampai di lokasi. Berangkat dari Jakarta pukul 11.30 dan tiba di Jeddah pukul 17.30 waktu Arab Saudi. Cuaca di Jeddah 40 derajat celcius, cukup menyengat, tapi tidak terlalu terasa karena banyaknya atap-atap dan tenda tinggi yang dipasang oleh Pemerintah Saudi di bandara.
Setelah keluar bandara, kami menunggu di tempat tunggu terbuka yang biasa digunakan untuk para jemaah guna istirahat dan mengganti pakaian dengan kain ihram. Ini karena bandara King Abdul Aziz Jeddah, seperti fatwa MUI, dapat dijadikan sebagai miqat bagi jemaah asal Indonesia.
“Passport please”, ujar salah seorang sales kartu SIM Card menghampiri saya.
“No, I have”. jawab saya.
“Free internet. Gratis”, ujarnya lagi dengan nada sedikit memaksa.
“Laa..’indi”, jawab saya lagi. Menegaskan bahwa saya sudah punya paket internet roaming untuk selama di Saudi.
Pemandangan banyaknya para sales kartu SIM Card Saudi dengan menawarkan paket free internet merupakan fenomena yang sering ditemui ketika jemaah keluar bandara. Ini tidak hanya terjadi di Jeddah, tetapi juga di Madinah. Agak mengganggu juga sih karena sebenarnya ini jebakan batman. Ketika kita mengaktifkan paket mereka, akan susah untuk menggunakan kartu lain, termasuk kartu asal dari Indonesia. Yang aktif hanya kartu mereka.
Hal ini banyak dikeluhkan oleh jemaah, salah satunya oleh Johan Wahyudi, jemaah asal Solo sekaligus kawan saya sesama Kompasianers, yang me-mention saya di FB mengeluhkan tentang tidak bisanya menggunakan kartu asal Indonesia setelah menuruti ajakan sales free internet di bandara Madinah.
Jemaah mayoritas tidak mengerti bahasa Arab. Mereka menuruti saja ketika diminta menunjukkan passport dan diberikan sim card free internet. Iming-iming free alias gratis menjadi daya tarik tersendiri. Jadi, bagi para jemaah, lebih baik hindari ketika banyak sales kartu seluler ketika di Bandara.
“Bilang saja I have, atau ‘Indii..ke para sales itu”.
Setelah melakukan ibadah umrah dan istirahat, kami tim petugas haji Sektor 10 wilayah Jarwal Mekkah melakukan rapat kordinasi untuk lebih saling mengenal di antara para petugas asal Jakarta dengan petugas muqimin dan tenaga musiman (Temus) yang direkrut dari penduduk lokal dan para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Timur Tengah sebagai partner kerja.
Dipimpin oleh pak Nurul Badruttaman, Kepala Sektor 10 Mekkah, rapat koordinasi berjalan baik dengan suasana kekeluargaan, untuk lebih mengakrabkan satu sama lain. Satu per satu memperkenalkan diri dan kemudian dilanjutkan dengan membahas rencana kerja.
Pada hari pertama ini, disepakati rencana kerjanya adalah meninjau semua fasilitas yang ada di pemondokan Sektor 10, untuk memetakan berbagai keperluan dan mengenal kondisi medan yang akan menjadi tempat kerja selama 62 hari ke depan.
Sektor 10 Mekkah berada di wilayah Jarwal, dekat dengan Masjidil Haram, sekitar 1 kilometer. Kalau berjalan sekitar 15 menit. Saya membuktikan sendiri, ketika diajak naik mobil menuju Masjidil Haram, tetapi lebih memilih jalan kaki untuk merasakan sendiri dan mengukur berapa waktu tempuh ke sana. Ya segitu waktu tempuhnya. Saya yakin, meskipun dari pemondokan disediakan bis shalawat untuk ke Masjidil Haram, tetapi akan banyak jemaah yang ke sana dengan jalan kaki.
Di sektor 10 Mekkah, terdapat 7 tower pemondokan yang semuanya termasuk hotel sangat bagus dengan nuansa modern dan menjulang tinggi. Di Tower 1 saja, ada 30 lantai. Begitu juga di tower-tower lain rata-rata di atas 20 lantai. Fasilitas dari hotel ini lengkap, dari mulai mesin mencuci pakaian, ruang makan, ruang untuk kantor Sektor, ruang kantor kesehatan, bahkan ada mesin pijit juga buat merenggangkan otot-otot jemaah setelah berjalan yang cukup melelahkan.
Lift di pemondokan Sektor 10, untuk satu tower tersedia 6 lift dengan kapasitas besar. Cukup untuk menjadi moda naik-turun jemaah. Meskipun begitu, permasalahan utama nantinya di hotel yang tinggi-tinggi begini meskipun lift yang tersedia dirasakan cukup, namun nanti akan sedikit menjadi kendala.
Ketika jemaah berjubel hendak menuju Masjidil Haram, akan terjadi penumpukan untuk mengantri lift. Apalagi jika beradu, jemaah di atas hendak turun untuk shalat dan ada kedatangan jemaah baru, pasti akan agak crowded. Bagi jemaah yang berada di lantai bawah mungkin bisa menggunakan tangga, tetapi bagi jemaah yang berada di lantai atas, kesabaran dalam menunggu giliran mutlak diperlukan. Ingat, orang sabar disayang Allah dan mertua..haha.
Semua petugas bidang layanan di Sektor 10 Mekkah melakukan rapat terpisah untuk mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan bidangnya. Semoga upaya untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap para tamu Allah dapat tercapai secara maksimal..Amiiin YRA.
Galeri Foto (Geser ke Samping untuk Pengguna Mobile):
Video: