Kumala atau Komala, biasa diplesetkan juga jadi Komalasari, godaannya begitu dahsyat. Tubuhnya kuning langsat dan bodinya yang sintal berisi begitu memikat mata. Ketika dibuka perlahan akan terlihat rambut pirangnya. Penduduk di daerah Sumbawa Nusa Tenggara Barat begitu mengidolakan Kumala. Pamornya begitu mempesona.
Lain lagi dengan Paramita: tubuhnya sangat putih dan langsing, masih tetap dipadu dengan rambut pirangnya. Ketika sekali saja mencoba Paramita, dijamin Anda akan ketagihan dibuatnya. Ingin terus dan terus menikmati. Godaan dan pesonanya memikat semua orang yang lewat. Paramita pun jadi idola di daerah Sumbawa, bahkan ke Dompu dan Bima NTB. Pokoknya mantap..!
Kumala dan Paramita, dua nama yang tak asing di Pulau Sumbawa. Pulau yang terdiri dari 5 daerah Kabupaten/Kota (Sumbawa Besar, Sumbawa Barat, Dompu, Kab. Bima dan Kota Bima). Keduanya bahkan akan mudah ditemui di pinggir jalan.
Jangan salah sangka dulu. Kumala dan Paramita bukan gadis belia yang menjual diri. Kumala dan Paramita adalah nama jagung khas di Pulau Sumbawa. Kumala jagung berwarna kuning sedangkan Paramita jagung berwarna putih, sering disebut juga dengan jagung ketan atau jagung pulut.
Jenis jagung Kumala dan Paramita banyak dijual oleh para pedagang yang ada di pinggir jalan ketika kita melintasi Sumbawa, khususnya di wilayah Rhee. Jenis jagung ketan (jagung Paramita) juga bisa ditemui di pinggir jalan menuju Bima, baik di wilayah Kabupaten Dompu maupun di Bima.
Jagung Kumala dan Paramita disajikan masih panas langsung dari tempat merebusnya. Bukan seperti di Jakarta yang dibawa berkeliling dan hanya dihangatkan oleh asapnya saja. Cara penyajiannya pun beda. Penjual akan mencelupkannya ke air garam yang sudah disediakan. Rasanya sangat manis bercampur asin. Gurih banget deh..!
Di Bima, jagung yang dijual lebih banyak jenis jagung ketan (Paramita) seperti tampak pada foto di atas, warnanya putih. Dulu pada saat saya baru melihat merasa heran. Kok jagungnya beda warna. Setelah dicoba rasanya ternyata juga sangat beda. Saya sendiri belum pernah mendapatinya di Jakarta. Teksturnya yang legit dan rasanya yang manis saya bisa lima atau enam makan jagung ini. Masalah harga murah kok, dulu 1500 per tongkol sekarang 2000 rupiah. Imbas kenaikan BBM kali ya.
Saya sempat membuat status di FB bunyinya: “Jagung ketan, warnanya putih, rasanya legit: hasil selingkuhan jagung dengan beras ketan”. Terlalu mengada-ada kalau itu sih.
Jagung ini diminati oleh semua kalangan. Bahkan pejabat negara sekelas Anggota DPR-RI pun sangat suka jagung ini. Abdurrahman Abdullah, misalnya, Anggota DPR-RI yang duduk di Komisi VI setiap ke Pulau Sumbawa pasti meluangkan waktu untuk mampir di kedai penjual Kumala dan Paramita. Sambil mengobrol dengan para penjual jagung, Anggota DPR-RI ini tak malu untuk duduk di bawah tenda terpal panas dan duduk di bangku bambu.
So, bagi yang berkunjung ke Pulau Sumbawa, silahkan cicipi godaan Kumala dan Paramita, dijamin akan ketagihan..!**[harjasaputra]