Selama hampir 5 dekade sejak meninggal dunia, Niccolo Machiaveli belum menjadi figur yang terkenal. Selama masa itu sedikit orang yang mengapresiasi kejeniusannya, tetapi kebanyakan mengasosiasikan Machiavelli dengan intrik dan sisi yang gelap.
Lalu, pada akhir 100 tahun setelah dia meninggal, banyak yang memberikan tanggapan atas karyanya dan mengkaji nilai-nilai dari filsafat Machiavelli. Hal itu memiliki hubungan luar biasa dengan masyarakat modern yang telah muncul saat ini.
1469 : Lahir
1489 : Sekretaris Bidang Arsip, Florence
1512 : Beralih dari Lingkungan Keluarga Dokter ke Kekuasaan
1513 : Mempublikasikan karya The Prince
1527 : Wafat
Niccolo Machiaveli lahir pada tahun 1469, anak dari seorang pengacara Florentina. Dia tampil dalam masalah publik sejak 1498, pada usia 29 tahun, dia dinobatkan menjadi Sekretaris Bidang Arsip Kedua—bagian dari birokrasi yang kompleks yang menjadikan Florence sebagai negara kota.
Penobatan itu datang setelah eksekusi Savonarola, politikus-biarawan yang memimpin sebuah revolusi dalam menggulingkan Medicis dan mendirikan republik yang demokratis, mendominasi Florentina hingga dia menyerahkan kepausannya dan lari ke urusan klenik.
Machiavelli menjabat sebagai Sekretaris selama 14 tahun, di mana selama menjabatnya pengaruh dia sangat signifikan. Dia mengambil peran dalam 30 misi luar negeri, bertemu dengan politikus kunci Eropa. Kesempatan tersebut adalah untuk mempelajari pemerintahan, politik dan ekonomi yang masih bersifat unik.
Sayangnya, tidak selang lama, pada tahun 1512 Medicis kembali berkuasa, dan Machiavelli kehilangan jabatannya. Dia kemudian dituduh bersalah melawan Medicis, yang kemudian dia ditahan, dipenjarakan dan disiksa. Meskipun kemudian terbukti tidak bersalah, dia keluar dari Florence dan memilih menghabiskan hidupnya dengan mengasingkan diri di kawasan pertanian yang terisolasi.
Berbagai usaha dilakukan untuk kembali ke dalam dunia politiknya gagal dan kemudian meninggal dunia pada tahun 1527, di mana ia masih memperjuangkan untuk mengembalikan pengaruhnya yang hilang dari dunia politik. Lebih dari 300 tahun kemudian lalu Italy dipersatukan, sebagaimana yang diinginkan oleh Machiavelli.
Selama Machiavelli di pengasingan, dunia berubah jauh tanpa bisa diukur dari itu. Waktu luang yang dimiliki Machiavelli membuat dia menulis banyak tentang pengalaman dan ide-idenya.
Karya-karya yang ditulisnya termasuk tentang sejarah Florentina dan karya-karya lain, serta dua buku yang menjadikannya memiliki otoritas penting dalam politik kekuasan: The Prince dan The Discourses. Profesor Max Lerner, dalam kata pengantar pada edisi 1050 Random House, The Prince dijelaskan sebagai buku ”kamus kekuasaan”.
Machiavelli tidak menghadirkan teori manajemen yang baku atau teknik yang pintar dalam memecahkan masalah sehari-hari. Dia lebih menekankan pada strategi-strategi yang luas, dan untuk mendapatkan nilai dari karyanya perlu menginterpretasikan dan membuat perbandingan. Mungkin pendekatan terbaik adalah pertama membaca kata pengantar Jay dalam membuat perbandingan tersebut dan kemudian membaca Machiavelli dengan ceklist ketertarikan dan pertanyaan personal.
Contoh berikut ini menunjukkan bagaimana pentingnya lintasan dalam karya Machiavelli menjembatani kesenjangan antara politik abad 16 dengan masalah yang ada pada abad 20.
Machiavelli memberikan beberapa contoh mengenai pemimpin yang baik dan tidak diragukan mengenai pentingnya keahlian kepemimpinan untuk kesuksesan setiap bidang. Dia mengabaikan faktor keberuntungan dan kejeniusan sebagai kunci sukses bidang kepemimpinan.
Bahaya dan resiko seorang pemimpin diillustrasikan secara dramatis (beruntung bagi kita bahwa hal itu sedikit terjadi saat ini daripada yang terjadi pada Renaissans Itali), dan membandingkan model antara kasus dalam mengejar dan mempertahankan posisi.
Setiap orang yang berpikir bahwa masalah pemilihan antara sentralisasi atau desentralisasi adalah masalah modern akan mudah meyakini dengan membaca The Prince. Contoh-contoh yang dikemukakan Machiavelli digambarkan hal itu bermula dari pemerintah dan dari sejarah militer, tetapi dibandingkan dengan masalah dunia saat ini adalah mudah untuk membuat desentralisasi. Mungkin saran terbaiknya datang saat dia berbicara mengenai pemerintahan kolonial.
Sedikitnya komunikasi dalam era renaisans umumnya membuat desentralisasi sebagai opsi pilihan dalam beberapa kasus, dan anjuran utama Machiavelli atau apa yang saat ini kita menyebutnya ”seleksi dan training”.
Pemerintahan kolonial bersikap hati-hati dalam memilih berdasarkan pengalaman dan loyalitas, dilatih secara ketat dengan cara pemerintah dalam melakukan segala hal dan membuat biasa dengan ”praktek terbaik” yang bagaimanapun terisolasi dari aturan ”pemerintahan pusat”.
Pengambil alihan kekuasaan dalam dunia Machiavelli adalah penaklukan negara lain atau dengan menerapkan kolonial (penjajahan). Dalam masalah ini, pendapat dia sangat jelas. Suatu negara bisa menjajah penduduk setempat, yang dengannya pemberontakan tidak disukai dan biaya tentara yang ditempatkan di kota jajahan menjadi minimum, atau, dan Machiavelli menjelaskan penaklukan terletak pada tim kecil sebagai ”manajer kunci”.
Tim ini akan ditempati hanya oleh sedikit orang penduduk asli, dimana dengan jumlah yang sedikit tidak mungkin memberontak, dan sisanya dipatahkan kekuasaannya bagi siapa saja yang tidak mau bekerjasama. Masalah pengambila alihan adalah kekejaman yang menakutkan.
”Kekaisaran tidak lebih dari kekuatan dalam keyakinan”
Machiavelli hanya memiliki sedikit pemikiran mengenai perubahan, tetapi menunjukkan dengan jelas bahwa masalah perubahan mengandung penuh resiko pada abad ke 16 sebagaimana sekarang. Pada karya The Prince, dia mengatakan, ”Mesti diingat bahwa tidak ada yang lebih sulit untuk melakukan, atau tidak ada yang lebih diragukan kesuksesannya, atau lebih berbahaya untuk dihadapi, daripada mengenali sesuatu yang baru dari segala hal”.
Machiavelli membandingkan ”manajemen” abad 16 Perancis dan Turki. Dia melihat Perancis sebagai sebuah “organisasi federal” yang dipimpin bukan oleh seorang raja sebagai “manajer kunci”. Negara tersebut susah untuk dikontrol, mustahil untuk berubah, dan aturan mudah untuk dirubah.
Turki, di sisi lain, pada masa Machiavelli adalah birokasi klasik dengan pelayanan pada rakyat yang terlatih. Pelayan masyarakat secara berkala berkeliling dan memiliki loyalitas dan disiplin tinggi, dan memiliki hubungan hirarki dengan ”top manajemen”. Undang-undang/aturan di negara tersebut dibangung dengan ”sistem”, aman, dihargai, dan kuat. Inti perbandingan tersebut dengan organisasi yang besar saat ini memerlukan sedikit penegasan.
Pengaruh kuat karya tulisan Machiaveli dalam bidang politik dan telah diterima selama beberapa waktu, tetapi relevansi dari ide dia terhadap bisnis mesti menunggu sampai pertengahan abad 19, ketika perusahaan-perusahaan mulai beroperasi secara luas, organisasi-organisasi yang kompleks—istilah yang digunakan oleh Machiavelli tentang perpindahan antara masyarakat suku ke negara yang tersistem.
Pendeta Inggris, menulis pada tahun 1820, yang membandingkan ketidaksukaannya pada Machiavelli dengan iblis, yang dengannya pada tahun 1860 Victor Hugo bisa mengatakan, ”Machiavelli bukan seorang jenius yang jahat, bukan juga seorang penulis yang pengecut, dia tidak seperti itu tetapi faktanya….tidak pada kenyataan yang terjadi di Itali, dia adalah fakta tentang Eropa”.
Citra Machiavelli banyak diidentikkan dengan tindakah amoral dalam meraih kekuasaan. Hal ini mudah untuk dikenali ketika dia mengatakan, ”Raja yang bijak seharusnya tidak memelihara iman ketika dengan itu dapat menyerang kepentingannya, dan ketika alasan-alasan itu membuatnya terjepit oleh dirinya sendiri”.
Statemen seperti itu adalah lebih mudah diterima jika kita ingat bahwa mereka berada di waktu yang sangat berbeda dengan kita. Statement itu pun adalah kata-kata manusia sebagai seorang peneliti; dia melaporkan apa yang dilihat dan telah mengukur hasilnya dengan tidak memihak kesuksesan atau kegagalan dari prakteknya.
Dia memiliki corak pandang moral, sebagaimana dapat dilihat pada karya dia yang lain, tetapi pada isu politik dia adalah seorang realistis yang dingin. Seperti yang dikatakan oleh Profesor Lerner ”Kapasitas yang baik adalah membedakan manusia dari apa yang seharusnya dengan manusia sebagaimana yang diaktualisasikan, antara bentuk ideal institusi dan kondisi pragmatis yang mereka praktekkan”.
Dengan berbuat demikian dikaitkan dengan tipu daya, kekejaman, dan oportunis, Machiavelli adalah akar dalam zamannya. Bagaimanapun, jika kita memisahkan dia dengan kekerasan di zaman abad 16 dan melihat bagaimana dia melakukan observasi kemanusiaan dan organisasi, kita akan melihat seorang manusia yang selama berabad-abad melampaui zamannya.**[harja saputra]
Diterjemahkan oleh Harja Saputra dari buku Henry Mintzberg, Bruce Ahlstrand, Joseph Lampel, Strategy Safary, 2009.