Setiap kegiatan reses tiba, selaku Tenaga Ahli Anggota DPR, saya bertugas untuk mendampingi anggota dewan untuk menyerap aspirasi masyarakat di Daerah Pemilihan, yaitu di Provinsi NTB. Jika reses-reses yang lalu mengunjungi wilayah Kab. Dompu dan Kab. Bima, reses periode ini mengunjungi wilayah Pulau Lombok (Kota Mataram, Kab. Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Utara). Kegiatan reses dilakukan pada minggu pertama Agustus 2011.
Ada hal yang menarik di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya di Desa Karang Pangsor, Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara. Di saat Anggota DPR-RI, DR. Abdurrahman Abdullah, mengunjungi masyarakat di wilayah itu, diajak ke satu masjid yang masih belum selesai. Masjid yang bernama Jami’ul Jamaah. Masjid itu dinamakan Jami’ul Jamaah yang artinya “semua jamaah” karena masjid itu dibangun oleh 3 kelompok masyarakat pemeluk agama yang ada di wilayah itu: masyarakat Muslim, Hindu, dan Budha.
Masjid ini merupakan masjid yang menjadi ikon kerukunan antara warga, khususnya antar-pemeluk agama, di wilayah Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara. Karena di kecamatan tersebut, masyarakatnya mayoritas terdiri dari 3 agama: Islam, Hindu, dan Budha. Begitu rukunnya antar-pemeluk agama hingga pembangunan rumah ibadah pun mereka saling membantu. Salah satunya masjid di atas. Menurut pengurus masjid, masjid ini tidak akan bisa berdiri tanpa dukungan dari 3 unsur masyarakat agama tersebut. Kenapa demikian? Karena masjid itu ditopang oleh 3 tiang yang saling menguatkan, simbol dari 3 masyarakat agama yang berkontribusi dalam pembangunannya.
Tidak hanya itu, pembangunan rumah ibadah lain selain masjid pun (Pura dan Vihara) dibantu secara gotong royong oleh ketiga pemeluk agama. Salah satunya di perkampungan Budha Tendaun, Sekotong Timur, Lombok Barat. Sebuah vihara megah dibangun berdasarkan semangat gotong royong yang melibatkan masyarakat muslim sekitar. Kerukunan antar-umat beragama yang patut dijadikan contoh.
Di samping keindahan alamnya yang eksotik, Lombok dikenal juga sebagai wilayah seribu masjid. Di mana-mana ada masjid, bahkan di setiap dusun pasti terdapat masjid. Bahkan di beberapa wilayah di Lombok , fenomena saling membantu antar-pemeluk agama untuk membangun rumah ibadah banyak dijumpai.
Kerap pula ditemui bangunan Masjid yang berhadapan langsung dengan bangunan Pura. Contohnya, di Desa Sesaot, Kec. Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Desa Sesaot terdiri dari 5 dusun: 3 dusun berpenduduk Muslim dan 2 dusun berpenduduk Hindu. Masjid Nurul Huda, sebagai masjid besar di Desa Sesaot pun didirikan oleh masyarakat Muslim dan Hindu.
“Masjid ini merupakan hasil swadaya masyarakat di Desa Sesaot. Banyak masyarakat Hindu yang ikut berpartisipasi untuk pembangunan masjid ini. Mereka menyumbangkan kayu, pasir, dan apa saja yang mereka miliki untuk pembangunan masjid ini. Meskipun bukan tempat ibadah mereka, tetapi mereka antusias dalam berkontribusi. Selain sebagai wujud kerukunan antar-umat beragama, para pemeluk agama Hindu yang menyumbang meniatkan amalnya untuk saudara-saudara mereka yang Muslim. Mereka pun memiliki saudara yang Muslim, entah yang menikah antara pemeluk Hindu dan Muslim, maupun dari saudara-saudara lain. Meskipun tidak memiliki nilai ibadah bagi mereka, tetapi minimal amalnya tersebut diniatkan untuk para saudara Muslim mereka”, ujar Mamik Nashrudin Muhdi, pengurus masjid Nurul Huda dan tokoh masyarakat Desa Sesaot.
Masjid Nurul Huda ini berhadapan dengan Pura di lingkungan banjar (pemukiman Hindu) di Desa Sesaot. Meskipun berhadap-hadapan tempat ibadah, tidak pernah terjadi keributan di antara mereka. Para pemuda Muslim dan Hindu berbaur, baik dalam kegiatan olahraga maupun pergaulan sehari-hari. Dari pakaiannya kita bisa membedakan antara pemuda Muslim dengan Hindu, pemuda Muslim (yang mayoritas santri di wilayah itu) mengenakan baju muslim (koko) dan kain sarung, sementara pemuda Hindu mengenai kain dan ikat kepala seperti pakaian adat di wilayah Bali. Itu semua karena adanya kesadaran yang tinggi pada masyarakat di wilayah itu akan pentingnya kehidupan damai. Meskipun berbeda agama, tetapi bukan menjadi kendala untuk saling menghormati dan saling membantu.**[harja saputra]
Tulisan ini semula dimuat dan menjadi Headline di Kompasiana. Silahkan akses artikel ini yang lengkap dengan gambar-gambarnya di: http://sosbud.kompasiana.com/2011/08/08/masjid-yang-dibangun-oleh-3-agama/