Tulisan saya di Kompasiana (04/07/2011) mengenai ulasan singkat buku terbaru George J. Aditjondro, Cikeas Kian Menggurita, yang berjudul: “Cikeas Kian Menggurita: Pil Pahit Demokrat”, mendapat apresiasi sangat baik dari penulisnya sendiri. Dapat dilihat dari pesan lewat SMS kepada teman saya yang memforward tulisan yang ada di Kompasiana kepada beliau.
Pesan langsung dari George Aditjondro di atas membuat saya senang, karena merasa dihargai oleh orang sekaliber George, penulis dan mantan jurnalis Tempo. Dia mengatakan “tulisan tentang bukunya bagus sekali”. Saya sendiri hanya menulis dengan berusaha mendekati seobyektif mungkin, karena penilaian subyektif akan percuma. Orang pasti tidak akan menghargai subyektivitas yang berlebih. Meskipun kita tidak bisa murni 100% obyektif, minimal penilaian harus berdasarkan logika yang benar dan argumentasi yang logis.
Berikut ini adalah pesan George J. Aditjondro melalui SMS tersebut:
Tak ada salahnya saya ungkapkan kembali komentar saya mengenai buku George di sini. Sebagai informasi, hari ini, Kamis (07/07/2011) dilakukan acara peluncuran buku tersebut di Yogyakarta, meskipun buku itu sudah dicetak sejak Juni 2011. Beliau meminta masukan lagi atau komentar-komentar dari orang Demokrat mengenai bukunya.
Berikut adalah kutipan dari tulisan saya terdahulu:
“Buku setebal 204 halaman ini hampir sama dengan buku sebelumnya, tujuannya jelas, menyeruak masuk ke lingkaran orang-orang terdekat Cikeas. Kasus demi kasus dibeberkan secara “telanjang” oleh penulisnya. Ini akan menambah suasana politik semakin memanas.
Sebagai orang yang bekerja sebagai Tenaga Ahli DPR Fraksi Partai Demokrat, saya melihatnya tidak subyektif, apakah memihak atau tidak memihak. Saya berpihak pada kebenaran. Jika memang apa yang diungkapkan dalam buku tersebut benar, jelas harus diproses secara hukum. Penulis buku tersebut bisa menjadi saksi untuk membeberkan data-data yang dimilikinya. Namun, jika ternyata tidak terbukti, di satu sisi berarti banyak motif yang tersembunyi di balik penulisan buku ini, dan di sisi lain, inilah tanda kehidupan demokrasi sedang berjalan secara benar. Dalam sebuah negara demokrasi, siapapun boleh berpendapat, siapapun boleh menulis, siapapun boleh bicara, tanpa perlu pelarangan. Untuk menilai benar dan tidaknya memerlukan pembuktian.
Terlepas dari kasus yang dibeberkan dalam buku tersebut apakah benar atau tidak benar, tapi sepertinya “desain besar” sedang dijalankan. Demokrat sedang menghadapi ujian berat.
Kita ambil sisi positifnya, rakyat perlahan-lahan sedang digiring ke arah demokratisasi wacana. Pers dan buku menjadi media yang dapat menyajikan suatu perspektif baru. Tetapi jangan sampai hal ini menimbulkan kegaduhan yang berakibat buruk, sehingga mempengaruhi tujuan dari pendirian negara. Program-program pemerintah harus tetap berjalan, karena bagaimana pun kondisi politik, gonjang-ganjingnya suhu politik, rakyat tetap harus diutamakan.
Kontrol sosial dari masyarakat sudah berada pada jalurnya, media tidak diberangus, buku bebas mengemukakan apapun, ini pertanda yang baik. Bagi kader-kader Demokrat sendiri, buku ini harus dijadikan sebagai otokritik sembari terus berusaha untuk menata kembali pranata-pranata kepartaian yang lebih baik. Bagi masyarakat, pandanglah buku ini bukan sebagai pembuktian, tetapi sebagai hipotesis, yang harus diuji kebenarannya. Informasi sifatnya tidak absolut, selalu ada ruang penafsiran, dan ruang untuk pembuktian”.**[harja saputra]
Dimuat juga di Kompasiana: http://media.kompasiana.com/buku/2011/07/07/komentar-george-aditjondro-atas-tulisan-saya-di-kompasiana/