Dulu saya pernah menulis satu posting di Kompasiana, judulnya “Roy Suryo Kalah Oleh Seorang Harja Saputra”. Posting tentang analisis saya mengenai HOAX penampakan hantu di mobil Saipul Jamil pasca kecelakaan. Saya lebih dulu bilang itu “Hoax” sebelum Roy Suryo mengatakan hal yang sama. Tulisan ini sempat menjadi Headline (HL) meskipun saya tidak mau jadi HL karena itu tulisan narsis. Nah, bagaimana jadinya kalau ternyata pagi ini saya “sepanggung” sama Roy Suryo?
Hidup itu mengalir. Kita kadang tidak tahu arahnya ke mana. Tak disangka, pagi ini (Kamis, 20/10/2011) pukul 06.30 WIB saya diminta sebagai narasumber untuk sebuah acara talkshow “Pagi Jakarta” di O-Channel (Group SCTV), yang dipandu oleh presenter Lucy Wiryono. Membahas tema Pencurian Pulsa (sudah hampir 2 minggu ini keliling wawancara terus. Untuk para ibu-ibu monggo dicek Tabloid Nova minggu ini, satu halaman full mejeng di tabloid ibu-ibu. Alhamdulillah ya, sesuatu banget). Saya mewakili konsumen ponsel dan penggagas Gerakan Matikan HP 15 Oktober 2011. Sehari sebelumnya saya tanya, siapa lagi narsumnya untuk acara itu? Dijawab, “Bareng Roy Suryo mas, beliau mewakili Panja Mafia Ponsel DPR-RI Komisi I (yang sekarang, menurut Roy Suryo, berubah namanya jadi “Mafia Telekomunikasi).
Kontan saya kaget, “waduh dulu saya pernah nulis bahwa dia dikalahkan oleh saya”. Tidak apa-apa, ini saatnya untuk bisa sepanggung dengan tokoh nasional. Saya kontak stafnya, kebetulan kenal, dan menanyakan, “Dulu tahu gak tuh bosmu saya pernah nulis yang seakan menjatuhkan dia?”. “Ah, dia sih cuek-cuek saja. Sudah biasa. Ga usah khawatir”, jawab stafnya.
Pagi ini, tepat pukul 06.30 WIB acara pun dimulai. Sebelum acara berlangsung saya sempat ngobrol-ngobrol menyamakan persepsi. Sekaligus test the water, kali aja dia nanti mau nyerang. Ternyata tidak. Aman deh, pikir saya.
Dalam talkshow itu saya ditanya seputar gerakan Matikan HP dan harapan sebagai wakil dari konsumen ponsel. Saya katakan, bahwa kami berterima kasih atas tindakan cepat BRTI dan para operator yang sejak tanggal 18 Oktober 2011 sudah menghapus semua konten SMS Premium. Direset langsung dari pusat, tanpa harus unreg-unreg. Tapi kami akan terus memantau jangan sampai terjadi lagi.
Satu poin penting saya ungkapkan, bahwa respon yang cepat dari BRTI dan para operator itu saya tidak pernah mengklaim bahwa itu murni dari hasil Gerakan Matikan HP. Banyak pihak yang juga ikut mempengaruhi, di antaranya gerakan para mahasiswa, LSM2, dan juga Komisi I DPR (sambil menunjuk ke arah Roy Suryo, biasa bahasa diplomatis, dan memang begitu adanya). Gerakan Matikan HP ini hanya upaya konsumen yang merasa memiliki kesamaan keluhan dan secara sukarela, terkoordinasi secara alami untuk sama-sama melakukan protes bersama dalam bentuk gerakan mematikan HP. Ini juga sebagai penjelasan untuk banyak pihak yang meragukan mengenai pengaruh Gerakan Matikan HP terhadap sikap BRTI dan para operator. Seorang Kompasianer malah pernah menulis dengan judul “Bukan Karena Gerakan Harja Saputra”, yang saya komentari secara santai, bahwa bagi saya tidak ada masalah apakah karena pengaruh gerakan ini atau bukan, yang pasti saya hanya berusaha berbuat yang riil bukan hanya menggerutu di belakang. Orang mau menafsirkan bagaimana itu hak mereka.
Apa komentar Roy Suryo atas statement saya tersebut? “Sayang cuma di hari Sabtu dan 2 jam. Coba kalau di hari kerja dan 2 hari penuh”. Ujarnya sambil tertawa. Saya menjawab, ini hanya berupaya untuk menunjukkan bahwa konsumen bisa bersatu untuk protes. Meskipun masalah angka-angkanya, walaupun saya punya data, tetapi tidak akan saya buka ke publik, dan itu tidak penting. Yang pasti inilah yang bisa kita lakukan.
Jadi, awalnya saya kira akan berseberangan dengan Roy Suryo, eh tidak tahunya didukung penuh. Hal penting lainnya, saya pun menjelaskan bahwa gerakan ini tanpa diboncengi kepentingan apapun. Tidak disengaja malah. Karena terkoordinasi secara alami. Ini murni karena konsumen ponsel merasakan hal yang sama dengan apa yang saya tulis, baik di Kompasiana maupun di forum sebelah dan blog pribadi.
Terakhir, saya harus katakan bahwa ngeblog tergantung dari motif. Dan jangan sungkan untuk menulis apapun. Masalah orang lain tidak setuju atau tidak itu lain masalah. Motifnya jangan ingin terkenal karena itu efek samping saja dan konsekuensi logis dari sebuah kualitas ide. Ide adalah kata kuncinya. Berpikirlah secara global, jangan parsial. Berpikirlah yang makro jangan mikro. Hampir semua penulis dan pemikir besar terkenal karena ide. Ide itu umum. Karena kalau ngurusi hal-hal teknis atau parsial tidak akan ada habisnya. Berpikirlah deduktif, induktif bisa digunakan asal mengambil benang merahnya yang umum, tidak terhenti pada kasus per kasus. Well, itulah yang mungkin saya bisa ambil pelajaran dari apa yang saya temui. Saya tidak menuntut untuk semua orang sama dengan saya pemikirannya, setiap orang bebas berbeda. Hanya satu hal yang pasti, “tanpa usaha tidak akan ada hasil, jika Anda ingin mengenal dunia maka bacalah, dan jika Anda ingin dikenal oleh dunia maka tulislah.”[harja saputra/VoH]
—————–
Wawancara berikutnya: Live di Cakrawala 98.30 FM, Sabtu 22 Oktober 2011, pukul 10.00-11.00 WIB