Rapat Paripurna DPR, Jumat (30/03/2012) memakan waktu sangat panjang. Dari pagi pukul 10.00 WIB berlarut sampai dengan pukul 01.00 WIB. Sungguh hari yang sangat melelahkan. Bagaimana tidak, demo di luar gedung DPR mengepung kawasan DPR hingga malam, belum lagi suasana rapat yang bertele-tele, hujan interupsi, ingin bicara semua, ribut di balkon, dan lainnya.
Hasil dari rapat paripurna yang melelahkan tersebut sudah saya prediksi (tertulis pada postingan sebelumnya) dan ternyata tepat: rencana penaikan harga BBM ditunda. Prediksi ini bukan tanpa alasan, karena melihat secara riil peta politik yang berkembang di DPR selama 2 hari terakhir. Banyak indikator yang dapat ditangkap, sehingga bagi saya hasil rapat paripurna tersebut merupakan proses demokrasi dan proses politik yang memang sistematis. Di satu sisi, demokrasi berjalan lancar dan proses politik berjalan rapi. Tetapi di sisi lain, politik kepentingan pun berjalan mulus. Apa yang dimaksud di sini politik kepentingan? Yaitu: semuanya mengatasnamakan rakyat meskipun berseberangan. Kepentingannya jelas untuk 2014.
Tak heran, berbagai komentar di rapat paripurna semuanya membawa nama “rakyat”. Bahkan ada yang lucu, wakil dari PKS yang bertugas membacakan pandangan fraksi keseleo lidah dan meneriakkan dengan lantang: “Hidup penderitaan rakyaaaat..!!!” Tertawalah semua orang.
Peta politik di DPR sebelum rapat paripurna mudah dibaca. Sehari sebelumnya, rapat di Badan Anggaran pun berlangsung sampai pagi. Di situ mengemuka pandangan mini fraksi, dan petanya Golkar sebagai fraksi terbesar kedua selain Demokrat berbalik arah: mengambil keputusan untuk menolak kenaikan harga BBM meskipun dengan bahasa politis “diserahkan kepada pemerintah”. PKS dan partai-partai lain pun demikian. Meskipun memang perdebatan ada di poin: “Pasal 7 ayat 6a”. Fraksi yang secara tegas dan menolak ayat 6a awalnya adalah fraksi: PDIP, Gerindra, dan Hanura.
Maka, prediksi saya jalur kompromi melalui lobi akan ditempuh. Dan memang yang terjadi kemudian adalah seperti itu. Demokrat yang semula mengusulkan ayat 6a rata-rata kenaikan harga minyak (ICP) 5% dan pemerintah diberikan kewenangan untuk melakukan penyesuaian harga, namun kemudian beralih ke opsi yang memilih nilai rata-rata kenaikan sebesar 15%. Begitu juga dengan PAN, PKB, PPP, dan Golkar beralih ke opsi ini. PKS sempat abu-abu: awalnya menawarkan opsi 20% tetapi kemudian tidak jelas sikapnya, dan di akhir memilih untuk menolak ayat 6a: bergabung dengan PDIP dan Gerindra.
Di luar itu semua, ada fraksi lain yang rusuh, yaitu: Fraksi Balkon. Fraksi balkon malah rusuh tak karuan, teriak-teriak dan sempat rusuh. Mahasiswa yang berhasil masuk ke DPR ikut di balkon dan berteriak-teriak. Rapat sempat beberapa kali tertunda karena suasana balkon yang tidak kondusif.
Tapi, apapun itu, hasil dari rapat paripurna ini adalah kompromi politis: jalan tengah untuk mengakomodasi berbagai hal. Intinya, bagi rakyat mungkin tidak tahu apa itu arti dari Pasal 7 ayat 6a sebagai hasil dari rapat paripurna. Opsi ini mendapat dukungan lebih dari 300 suara. Ayat tersebut dinilai ayat “karet”, tetapi mudahnya: “BBM tidak jadi naik pada April 2012″ atau ditunda. Ditundanya dengan kondisi jika harga minyak mengalami kenaikan 15% selama kurun waktu 6 bulan. Kalau terjadi penurunan bagaimana? Seharusnya turun juga, tapi ini tidak mudah.
PDIP, Gerindra, dan Hanura sudah berada pada jalurnya yaitu sebagai partai oposisi. Yang membingungkan adalah PKS. Peta politik ke depannya pun, menurut saya, akan berubah. PKS dari dulu sering seperti itu. Apakah nanti akan keluar dari Setgab dan diminta menarik kadernya dari kabinet (menteri)? Di sini yang nanti akan berkembang. Kompromi politis bisa jadi akan ditempuh atau bisa juga tidak.
Bagi kita rakyat biasa bagaimana? Minimal April ini masih bisa bernafas lega: BBM tidak jadi naik. Sembari berdoa jangan sampai harga minyak (ICP) mencapai angka 115 atau 116 dollar per barel (saat ini harga minyak masih berada di level 104-an dollar per barel). Ada waktu 6 bulan untuk menunggu. Jakarta dan wilayah lain diharapkan kembali kondusif dan tak ada lagi rusuh-rusuh dari akibat demonstrasi penolakan penaikan harga BBM. Indonesia damai adalah idaman kita semua. Nanti bagaimana? Namanya juga nanti ya kita tunggu nanti. Ruang politik bukan ruang eksak, dapat berubah dalam hitungan detik, bisa jadi nanti arahnya berbeda lagi. Yang pasti, “Penaikan harga BBM ditunda!”**[harja saputra]
{gallery}paripurna_BBM{/gallery}