“Ketika ada masalah penting di lingkungan sekitar, seorang jurnalis warga paradigmanya bukan pendekatan how to (bagaimana terlibat dalam bertindak), tetapi “pendekatan informasi”, yaitu: informasi apa yang harus dikabarkan ke luar.”
Bingung dengan maksud kalimat di atas? Atau mungkin terdengar sedikit arogan? Jangan buru-buru menilai, karena setiap yang buru-buru itu tidak nyaman dan biasanya akan gagal paham. Masih banyak informasi-informasi lain yang menarik akan saya bagikan dari hasil mengikuti acara tadi malam (Selasa, 10/09) di @America, bagian dari Kedubes Amerika, di Mall Pacific Place Jakarta.
Kalimat di atas adalah salah satu benang merah dari paparan Harry Surjadi, seorang mantan wartawan Kompas yang berkiprah sebagai penggagas Jurnalisme Warga di Kalimantan Barat. Ia menyebutnya dengan istilah Jurnalisme Rakyat, bahkan menggagas istilah baru yang ia sebut dengan “Information Broker”.
Sangat menarik mendengarkan paparannya yang memberikan banyak pemahaman baru mengenai praktek jurnalisme warga disertai contoh-contoh nyata dari pengalamannya di Kalimantan Barat.
Dengan paradigma di atas Harry mencoba memberikan mindset baru. Hanya dengan pesan SMS yang dikirim sendiri oleh warga melalui handphone (bukan smartphone) dapat membantu warga lain di wilayah terpencil Kalimantan Barat untuk melawan perampasan lahan, penebangan pohon ilegal illegal logging), pembukaan hutan liar, melaporkan hal-hal penting yang terjadi di wilayah sekitar.
Mengenai definisi Jurnalisme Rakyat banyak dikemukakan, untuk ruang lingkup komunitas: “meng-empower komunitas, memproduksi berita sendiri dengan nilai berita sendiri”.
Istilah singkatnya: dari rakyat untuk rakyat (by the people, for the people). Ini berbeda dengan peran media mainstream, di mana media mainstream memiliki otoritas menentukan berita/informasi penting bagi pembacanya. Peran rakyat dalam media mainstream hanya menilai berita yang disajikan bukan berita yang penting bagi rakyat.
Harry dalam paparannya menceritakan: ketika ada demo yang dilakukan oleh 100 orang warga Sei Enau, Kec. Kuala Mandar, Kalbar, untuk mempertahankan 21 hektar tanah dan menuntut konversi lahan plasma terhadap perusahaan sawit, itu digerakkan hanya oleh satu pesan SMS.
Melalui sistem di media yang ia dirikan (RuaiSMS dan RuaiTV), warga yang sudah dilatih menjadi jurnalis rakyat berperan sebagai pemberi informasi juga sebagai pelaku perubahan bagi masyarakat sekitar.
Sistem yang ia rancang memungkinkan setiap warga memberikan reportase melalui SMS seputar apa yang penting menurut mereka, lalu pesan itu diterima oleh sistem komputer dan dikirim ke editor untuk disesuaikan bahasanya agar lebih mudah dipahami.
Setelah itu dikirimkan secara massal (SMS Blast) ke ratusan pengirim termasuk para pejabat yang bertanggung jawab di wilayah itu. Tak hanya melalui SMS bahkan ditayangkan sebagai running text di RuaiTV.
Contoh lain adalah ketika ada sekolah yang hampir roboh. Kepala sekolah mengirimkan pesan melalui SMS disertai foto melalui HPnya, lalu dengan sistem yang sama dikirimkan ke ratusan orang.
Hasilnya lima bulan kemudian sekolah itu direnovasi bahkan didirikan bangunan sekolah baru. Inilah peran jurnalisme rakyat sejati menurut Harry, yaitu menyajikan langsung dan bersentuhan langsung dengan hal-hal penting yang terjadi atau dialami oleh mereka.
Dalam acara semalam, khususnya pada sesi tanya jawab, diperoleh banyak informasi menarik lain. Misalnya tentang bagaimana memverifikasi pesan yang diterima dari jurnalis rakyat.
Sejauh mana pesan itu bisa dipertanggungjawabkan, mengingat bisa saja dilakukan oleh orang-orang iseng atau yang tidak bertanggung jawab.
Harry menjelaskan bahwa verifikasi itu penting. Caranya adalah dengan memberikan keyword pada jurnalis warga di awal SMS. Misalnya: kata “rep“, sistem komputer akan membaca itu sebagai sebuah SMS yang memang dilakukan oleh jurnalis warga, bukan oleh yang iseng seperti sms iklan atau lainnya.
Verifikasi lainnya jika menyangkut kasus-kasus krusial dilakukan dengan mengecek langsung kepada si pengirim kebenaran dari informasi yang diberikan. Ada semacam screening untuk memverifikasi pesan.
Jurnalisme rakyat dengannya menjadi sebuah informasi alternatif di tengah arus informasi media mainstream yang acapkali sudah terwarnai oleh banyak kepentingan. Ciri utama jurnalisme rakyat adalah originalitas, keaslian berita.
Dalam arti suatu informasi yang beredar benar-benar asli dari rakyat, tidak dipaksakan atau ada kepentingan dari awak redaksi, editor (admin) hanya mengedit bahasa agar bisa lebih dipahami. Tidak lebih dari itu.
Satu hal penting lain, jurnalis rakyat (information broker) pun berbeda dengan ciri jurnalis media (wartawan). Ia tidak harus netral seperti seorang wartawan. Yang ditekankan adalah originalitas (tidak merekayasa informasi). Etika yang digunakannya pun adalah etika umum bukan mengacu pada Kode Etik Jurnalis pada umumnya.
Etika umum misalnya mau masuk rumah orang harus ketuk pintu dan sebagainya. Bagaimana bisa netral karena justru jurnalis rakyat umumnya menyuarakan kepentingan mereka, apa yang terjadi di lingkungan mereka, dan apa yang mereka rasakan langsung.
Untuk ke depannya Harry bercita-cita bisa melatih 1 juta jurnalis rakyat sehingga memberikan warna tersendiri bagi arus informasi yang diterima oleh masyarakat kita. Itu pun karena melihat fakta perkembangan teknologi yang semakin pesat.
Di Kalimantan Barat saja hanya dengan bekal telepon bodoh (bukan telepon pintar,smartphone) warga bisa memberikan informasi dan memberikan perubahan untuk lingkungan mereka, apalagi dengan perkembangan internet saat ini, memungkinkan peran rakyat untuk mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik.
Sehabis acara masih ada obrolan panjang sambil hunting makan di wilayah Blok S. Bareng dengan saya satu mobil: Rob Januar, Tyti Singayoedewe, dan Aulia Gurdi. Mbak Sumarti Saelan kebetulan datang dengan “pesawat bebek” sendiri jadi langsung pulang tidak ikut makan bareng.
Apa yang diobrolkan? Tidak lain dan tidak bukan: fenomena Vickynisasi yang mengalami kontroversi hati untuk mendapatkan konspirasi kemakmuran, dan melakukan kudeta hati di sela-sela labil ekonomi….teteuuupppp.!!**[harja saputra]