HajiReportase

Bersiap Menjadi Pelayan Tamu Allah

Fitting baju petugas haji..

Ke Arab lagi nih saya tahun ini. Kali ketiga saya mengunjungi Saudi, ketiga-tiganya terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji. Pertama kali tahun 2016 untuk membantu persiapan haji, tapi tidak ikut berhaji. Kedua kalinya tahun 2017, yang alhamdulillah diperkenankan ikut berhaji. Dan, tahun ini, kebetulan dipercaya menjadi bagian dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) sebagai petugas.

Menjadi petugas haji perjuangannya keras juga. Bersaing dengan ribuan orang. Ikut test seleksi yang waktu itu tempatnya di Asrama Haji Pondok Gede. Hasilnya nilai saya 82 lho, maaf-maaf ya..:v. Kemudian ditempa selama 10 hari mengikuti pembekalan. Tidak pulang-pulang selama 10 hari itu.

Hasil dari pembekalan, saya mendapat penempatan di Sektor 10 Mekkah, pemondokan jemaah haji di wilayah Jarwal, untuk melayani jemaah asal Solo (SOC). Bidangnya adalah transportasi. Mengatur pelayanan transportasi darat antar-kota, bis shalawat, dan bersama-sama melayani pada saat pelaksanaan haji di Armina.

Menjadi petugas di tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lebih berat tugasnya, karena adanya penambahan kuota jemaah sebanyak 10 ribu, sementara jumlah petugas tidak bertambah. Selain itu, separuh dari penambahan kuota adalah jemaah lanjut usia. Pesan dari Kementerian Agama RI, jangan dipandang sebagai beban, tetapi harus dipandang sebagai tantangan. Insya Allah lebih berkah.

Apa motivasi saya ingin menjadi petugas haji? Ini juga menjadi salah satu pertanyaan pada saat wawancara. Apakah saya ingin berhaji? Tidak, saya sudah berhaji. Saya sudah tuntas dengan diri saya. Meskipun dalam beribadah tidak ada istilah tuntas. Motivasi utamanya, saya sebutkan ke pewawancara waktu itu, karena murni ingin melayani jemaah haji. Ini adalah keinginan saya sudah sejak lama.

Dalam pandangan pribadi saya, menjadi petugas haji memiliki nilai keutamaan tersendiri dibandingkan dengan menunaikan ibadah haji itu sendiri. Bahkan, saya yakin, menjadi pelayan jemaah haji lebih utama daripada berhaji sebagai ibadah personal. Bagaimana tidak lebih mulia, kita melayani ribuan tamu Allah.

Berhaji sifatnya ibadah personal, sementara menjadi petugas ibadahnya tidak hanya personal tetapi juga sosial. Bukan bermaksud mempertentangkan masalah pahala ibadah. Semua amal baik adalah baik. Tidak ada pembedaan sebenarnya. Ini murni untuk memotivasi diri. Saya juga bukan termasuk orang yang dalam setiap perbuatan hitung-hitungan pahala. Biarkan itu menjadi hak prerogratif Allah, sebagai Dzat yang berhak menentukan pahala hamba-hambanya.

Jadi teringat pelajaran pas dulu kuliah, katanya ibadah hamba kepada Tuhan-Nya ada tiga sifat: pertama, sifat pedagang. Setiap ibadah patokannya pahala. Ibarat jual-beli. Kedua, sifat budak. Ibadah dilakukan karena takut kepada majikan. Kalau tidak ada majikan lalai. Ketiga, ibadah sang Arif. Ia ibadah karena melihat esensi ibadahnya sebagai bentuk penghambaan. Ia melihat perbuatan baik sebagai sesuatu yang baik, maka ia lakukan karena atas dasar pengetahuannya itu.

“Ah, kayak bener aja ente, pakai ceramah segala”, kata teman.

“Kali ini saya bener. Biasanya sih nggak..hahha”.

Di pelatihan yang selama 10 hari dibekali banyak hal, pengetahuan mengenai penyelenggaraan ibadah haji, dari segi manajemen, tugas teknis di bidang transportasi,simulasi pelaksanaan haji. Dilatih berdisiplin seperti militer, setiap pagi apel, lambat sedikit tidak boleh masuk. Ini bagus untuk membiasakan diri disiplin. Karena bagaimana mau melayani orang lain, sementara ia belum tuntas melayani dirinya sendiri.

Tim Petugas Haji selama di Pembekalan yang akan bertugas di Sektor 10 Mekkah.

Sejak tanggal 4 Juli 2019, sebagian petugas yang ditempatkan di Madinah dan Bandara sudah berangkat ke tanah suci untuk mempersiapkan kedatangan jemaah. Adapun untuk petugas Mekkah akan diberangkatkan tanggal 9 dan 10 Juli.

Teman yang sudah berangkat kemarin memberikan kabar, untuk jaga kesehatan sebaik-baiknya. Mengingat cuaca di sana sekarang panas, mencapai 50 derajat celcius.

Agak berdebar juga saya menunggunya. Bukan apa-apa. Karena ini perhelatan akbar. Jutaan orang dari seluruh penjuru dunia akan berkumpul di tempat yang sama. Berdebar bercampur asa gimana sih rasanya. Ya begitu itu. Sudah tidak sabar mau berangkat di satu sisi, dan di sisi lain, tanggung jawab besar telah menunggu. Cemas dan takut tidak bisa menunjukkan pelayanan yang maksimal pada para tamu Allah.

Mohon doanya dari para pembaca agar saya bisa melayani para tamu Allah dengan sebaik-baiknya. Amiiin..*

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: [email protected]

Subscribe to our newsletter

Sign up here to get the latest articles and updates directly to your inbox.

You can unsubscribe at any time
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments