Anak saya yang masih kelas satu SMP bilang, “Otak saya dipenuhi oleh Sunda empire. Teman-teman ramai ngomongin masalah Sunda Empire. Apa sih Sunda Empire itu?”
Sebagai klan Saputra yang asli Sunda, anak saya harus berbangga diri, bahwa orang Sunda ternyata sekarang sudah bisa bikin kerajaan sendiri. Ini bukan masalah “Halu” atau bukan, tetapi ini masalah rasa. Orang Sunda paling jago kalau masalah bikin lelucon. Dan, bukan lelucon yang sembarang lelucon, tapi sudah hampir mendunia. Good job pokoknya.
Itu tandanya orang Sunda memang asyik. Orang ramai-ramai menilai dari salah dan benar, lho bro hidup ini bukan masalah benar atau salah, tapi masalah rasa saya bilang dari awal. Ya rasa apa kek, rasa apel, rasa melon, rasa durian. Bebas-bebas aja..:v.
Orang Sunda adalah suku yang paling bahagia di dunia ini. Bagaimana pun sedih dan getirnya kehidupan, orang Sunda pasti punya cara sendiri dalam membuat hidup ini menjadi berwarna. Selalu ada cara untuk tertawa dalam duka, bahagia dalam nestapa, dan ceria dalam derita. Itulah Sunda.
Ketika kenyataan kehidupan semakin menjepit kewarasan nalar, orang Sunda masih bisa membuat lelucon yang bisa bikin kita tertawa. Kan luar biasa. Dan itu diekspresikan secara serius lho, kalah lawakan Srimulat yang selalu menampilkan adegan-adegan kerajaan di panggung, Sunda Empire panggungnya sudah panggung nasional. Emejing banget.
Orang-orang menertawakan Sunda Empire, bahkan sekarang malah dipolisikan. Ini kocak. Orang bikin lelucon kok dipolisikan.
Gubernurnya bahkan lebih kocak. Ridwan Kamil bilang bahwa Sunda Empire itu kumpulan orang stres. Lah pak, laa ya’riful waliyy illa waliyy “Hanya seorang wali yang tahu seseorang itu wali”, dan “hanya orang stres yang tahu orang lain stres”..kan repot tuh kalau sudah begitu..:v.
Kalau menurut saya sih simpel saja mencermati fenomena yang seperti ini. Jangan dianggap terlalu serius. Tidak semua hal harus diseriusi. Biarkan saja. Namanya orang berekspresi, toh tidak mengancam kedaulatan negara. Dibawa hepi, selesai.
Secara kultural, orang Sunda itu kebanyakan berjiwa pekerja alias workers bukan leaders. Mau bukti? Orang Garut, misalnya, yang banyak merantau ke Jakarta didominasi oleh pekerja barber shop alias tukang cukur, Tasikmalaya pekerja kredit barang rumah tangga, Majalengka pekerja galian dengan cangkul gagang pendeknya, Bandung dikenal sebagai pekerja seni dan di bidang kreatif.
Jarang orang Sunda yang menjadi pemimpin nasional, karena memang jiwanya bukan jiwa yang senang berkompetisi secara fight, lebih kuat di aspek rutinitas. Jadi, kalau ada yang merancang Sunda Empire, ini Sunda yang sudah keluar dari jalurnya. Atau memang hanya lelucon saja.
Sunda memang pernah berjaya, pernah punya kerajaan sendiri secara historis. Entah bagaimana atau apa faktornya, Sunda modern dan postmodern, tidak ada lagi yang seperti itu. Sunda postmodern sudah hampir tidak punya karakter sendiri. Yang dominan justru Sunda yang ke-arab-araban. Ini bencana sejarah yang harus diterima. Memang begitu adanya.
Jadi, kalau ada orang yang melakukan romantisme sejarah ke sistem kerajaan Sunda terdahulu seperti Sunda Empire, ini sebetulnya kerinduan akan jatidiri Sunda yang wajar adanya. Santuy aja cuy…woleess..:v