Sosbud

Poster dan Grafiti Liar di Jakarta

Ilustrasi harjasaputra.com

Seminggu yang lalu pada saat saya melintas di underpass Pondok Indah terlihat banyak petugas sedang mencopoti satu per satu panflet-panflet liar dari dinding di sepanjang terowongan.

Dari seragamnya sepertinya bukan petugas kebersihan yang biasa membersihkan jalan, mereka mengenakan seragam kantoran bukan seragam oranye sebagai seragam khas petugas kebersihan. Mungkin dari dinas pertamanan atau perizinan Jakarta Selatan. Besoknya saya lewat lagi, underpass tidak penuh lagi oleh panflet. Sudah bersih.

Dua hari kemudian, underpass Pondok Indah kembali penuh oleh iklan-iklan liar. Banyak di antaranya panflet (flyers) produk-produk terkenal, seperti produk rokok, iklan acara konser, iklan peduli HIV/AIDS, dan yang paling banyak sampai puluhan adalah iklan pemasangan parabola (hampir sama bentuknya seperti panflet iklan sedot WC yang banyak ditempel di tempat-tempat lain).

Pemandangan panflet-panflet liar, baik yang komersil, sosial, maupun semprotan-semprotan lukisan grafiti, kerap kita jumpai di berbagai wilayah di Jakarta, bukan hanya di Pondok Indah. Seolah kucing-kucingan antara pemasang panflet dengan petugas kebersihan. Yang satu semangat nempel yang satu semangat merobek. Terjadi terus setiap hari.

Dulu sempat saya tanya ke dinas perizinan untuk reklame di Jakarta dan Depok, apakah mereka legal atau illegal menempel panflet tersebut? Mereka bilang mayoritas illegal.

Sangat sedikit yang mengurus izin reklame untuk penempelan panflet iklan. Izin panflet pun sangat dibatasi penempatannya di mana saja yang boleh ditempeli dan di mana saja yang tidak boleh ditempeli, karena merusak pemandangan kota. Tetapi umumnya si penempel tidak mengindahkan hal tersebut. Panflet yang disobek oleh petugas berarti yang illegal.

Kepada produsen dari produk yang ditempel secara illegal, menurut mereka, sering juga dilayangkan surat teguran. Tapi seakan berlalu begitu saja. Seringnya dijawab bahwa mereka tidak tahu-menahu karena masalah iklan untuk panflet ditangani oleh perusahaan pihak ketiga.

Belum lagi lukisan-lukisan grafiti. Di beberapa tempat seperti di simpangan Pancoran dan Kuningan lukisan grafiti kelihatannya dibayar oleh dinas tertentu karena gambar-gambarnya tentang sosialisasi helm SNI, tertib berlalu lintas, dan pesan layanan masyarakat lain dengan gambar-gambar lucu khas grafiti.

Di banyak tempat, lukisan grafiti yang abstrak (non pesan layanan masyarakat) kerap kita jumpai, terkadang menghibur juga di saat macet, tapi kelihatan kotornya Jakarta.

Masalah panflet iklan-iklan liar mungkin bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi di kota-kota besar lain pun banyak dijumpai. Udara sudah tercemar, air pun tercemar oleh sampah, dinding kota ikut-ikutan tercemar.

Pantas dulu Iwan Fals pernah menulis lagu tentang “Coretan Dinding” mungkin karena fenomena ini. Saya tidak tahu harus diapain itu panflet-panflet liar. Jangan-jangan saya saja yang agak risih dengan coretan-coretan dan panflet itu. Jangan-jangan orang lain malah senang dengan itu semua. Kita serahkan pada para pembaca.**[harja saputra]

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com