“Dia statusnya apa ya? Masih bujang atau sudah berumah tangga?”
Dari pertanyaan di atas, kata rumah tangga memiliki arti identik dengan pernikahan, artinya sudah menikah atau sudah berkeluarga. Di Indonesia–dan mungkin hanya di Indonesia–pernikahan itu disebut dengan “Rumah Tangga”.
Dulu saya sempat menulis makna filosofis dari kata “rumah tangga” ini di blog saya, di sini akan saya coba paparkan kembali dengan bahasa yang berbeda dan dilengkapi penjelasannya.
Makna filosofis Rumah Tangga terletak pada kata “tangga” sebagai kata yang menerangkan “rumah” dalam idiom tersebut. Kenapa di Indonesia pernikahan untuk mengarungi kehidupan menggunakan perumpamaan tangga?
Mari kita lihat bentuk tangga itu seperti apa? Karena istilah rumah tangga ini sudah ada dari warisan nenek moyang zaman baheula, maka bentuk tangganya harus mengacu ke bentuk tangga zaman dahulu seperti pada gambar di atas.
Pertama, tangga itu terdiri dari beberapa pijakan yang terus menanjak menuju tempat yang lebih tinggi. Ini digambarkan sebagai perjalanan dalam menuju kehidupan yang lebih baik, dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi. Menanjak dimaknai sebagai usaha yang memerlukan energi yang lebih banyak dan diperlukan kehati-hatian dalam menapaki setiap tahapan.
Dalam pernikahan pijakan-pijakan dalam tangga itu bisa banyak macam artinya. Misalnya, jika diartikan dalam kecukupan materi, maka ini berarti bagi yang baru menikah biasanya perjuangan untuk kecukupan materi masih berada pada pijakan tangga pertama, jangan aneh kalau awal-awal nikah rejekinya agak seret.
Bisa juga diartikan (maaf 18+) kualitas hubungan intim dengan pasangan juga masih pada level 1 (bisa artinya 1 menit atau 10 menit). Itu biasa. Itu nanti akan terus meningkat searah dengan umur pernikahan. Meningkatnya bisa dari arti durasi atau dari arti kualitas.
Dalam teori Uncertainty Reduction Theory yang dipelopori Charles Berger, menjelaskan bahwa pada awal tahap hubungan, manusia selalu menghadapi situasi ketidakpastian. Dalam situasi ketidakpastian itu, manusia selalu terdorong untuk melakukan upaya dalam rangka menurunkan ketidakpastian itu, dengan cara mendapatkan pengetahuan dan pengertian sebanyak-banyaknya.
Kedua, jika kita lihat tangga, dari satu pijakan ke pijakan lain terdapat ruang kosong, bahkan ketika sebelum menapaki pijakan tangga yang pertama didahului terlebih dahulu dengan ruang kosong.
Ruang kosong tersebut bermakna kehampaan, keraguan, keputus-asaan, dan tidak jarang adalah air mata. Ruang kosong sebelum pijakan tangga yang pertama adalah masa-masa pencarian sebelum menapaki jalinan cinta yang sesungguhnya dalam bentuk pernikahan.
Bahkan setelah sampai ke tangga yang sebenarnya, yaitu dalam bentuk pernikahan, ketika kita menapaki setiap pijakan-pijakan tangga tersebut selalu ada ruang kosong di antara pijakan-pijakan tersebut.
Itu bermakna pernikahan pun selalu mengalami cobaan, selalu ada masalah yang ditemui. Air mata, penderitaan, bahkan sakit hati, pertengkaran, itu suatu yang wajar dalam ruang kosong tersebut ketika hendak menaiki tangga selanjutnya.
Ketiga, bagaimana solusinya? Ingat tangga itu ditopang oleh dua tiang di kanan-kirinya. Jika tiang itu kuat maka pijakan-pijakan tangga tidak akan hancur. Ia akan tetap utuh. Tiang itu adalah lambang dari ikatan yang solid antara suami dan isteri.
Sikap saling pengertian mutlak diperlukan disertai komunikasi yang baik di antara keduanya. Semua hal harus dikomunikasikan agar antara tiang-tiang tetap terhubung. Tapi jika tanpa komunikasi antara keduanya itu berarti antara tiang sudah tidak terhubung, maka tinggal tunggu waktunya, di mana kedua tiang akan cerai berai.
Keempat, kedua tiang tangga (suami-isteri) harus selalu lurus. Tiang penyangga tangga jika salah satu sudah bengkok maka akan dipastikan tangga akan tidak kuat berdiri.
Lurusnya tiang tangga adalah, mbok ya syukuri yang ada di rumah, tidak usah lagi cari-cari yang lain. Karena ketika sudah memilih seseorang menjadi isteri maka berarti sauh atau jangkar sudah ditambatkan, kapal harus berhenti di pelabuhan hati pasangannya.**[harja saputra]
Lihat Komentar
terima kasih untuk isi dan makna dari tulisan Bapak. saya sangat terbantu dengan uraian ini.....terima kasih banyak semoga Tuhan memberkati baak selalu.
Semoga bermanfaat bu Ersa..
Trm kasih sudah mampir. Maaf baru sempat saya balas.
Thx
Saputra
Terimakasih banyak Pak Harja Saputra. Ini sangat membantu dalam penelitian saya dan memperjelas perbedaan makna pernikahan dan rumah tangga. GOD bless you!
good articel :)
arti sauh atau jangkar itu apa ya?misal rumah keluarga jangkar
Sauh atau jangkar itu yang biasa digunakan untuk bertambatnya kapal. Ini perumpamaan bahwa pencarian sudah selesai. Hati sudah bertambat di hati seseorang. Harusnya diam tidak lagi "melaut" ke hati-hati yang lain.