Categories: Sosbud

Indahnya Kebersamaan: Umat Hindu Sumbangkan Sapi untuk Kurban, Kapan Sebaliknya?

Ilustrasi: kaskus.us

Ini baru berita. Berita luar biasa. MediaIndonesia.com (06/11/2011) di saat umat Islam merayakan hari raya Idul Adha (hari raya kurban) menurunkan beritanya dengan judul: “Umat Hindu Sumbangkan Sapi untuk Kurban“. Saya kutip sedikit inti beritanya:

“Umat Hindu di lingkungan Banjar Margasengkala, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, menyumbangkan satu sapi untuk dijadikan kurban pada hari raya Idul Adha 1432 H di lingkungan masjid Nurul Yaqin.

“Sumbangan ini merupakan salah satu cermin kalau kebersamaan itu ada di lingkungan Banjar Margasengkala,” kata Ketua Panitia Pemotongan Hewan kurban Zakaria, saat ditemui di lingkungan Masjid Nurul Yaqin, Banjar Margasengkala, Blahbatuh.

Umat Hindu Banjar Margasengkala yang menyumbang seekor sapi untuk kurban itu adalah Dewa Ayu Winarni. “Sumbangan itu sifatnya ikhlas bagi warga yang mampu,” ucap Zakaria.”

Kenapa saya sebut berita yang luar biasa alias istimewa? Pertama, ini menunjukkan indahnya kebersamaan dan toleransi beragama. Agama jangan lagi menjadi penghalang untuk kebersamaan. Agama justeru harus dijadikan sebagai sarana untuk menyuburkan kepedulian dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Kepedulian adalah salah satu nilai universal agama. Atau, dalam istilah yang dulu pernah ditulis dalam salah satu artikel penulis, disebut dengan “Agama Organik”.

Kedua, ini yang luar biasa. Sapi dalam ajaran agama hindu adalah hewan yang disakralkan atau dihormati. Tapi bukan artinya sapi disembah oleh umat Hindu. Pantangan menyakiti, membunuh, memakan dagingnya dalam ajaran Hindu adalah dalam kaitan sujud bhakti ke hadapan Ida Bhatara Siwa (Tuhan Yang Maha Esa). Aturan-aturan mengenai tidak boleh menyakiti, membunuh, dan memakan daging sapi ada dalam Parasara Dharmasastra (Smrti Kaliyuga) Bab IX Pasal 37, 62, 63 dan Bab XI pasal 1 dan 27 (sumber dari sini).

Penghormatan terhadap Sapi dalam ajaran Hindu juga sebagai cerminan penghormatan pada Ibu Pertiwi. Ibu pertiwi, yaitu bumi dan alam ini yang telah memberikan penghidupan dan harus dijaga kelestariannya. Hal ini disebabkan adanya keyakinan bahwa Sapi memang memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Seperti di India,  terdapat sistem pengobatan yang dinamakan AyurVeda. Salah satu teknik pengobatannya disebut dengan “Panca Gavya” yaitu lima bahan yang menyucikan, yang dihasilkan oleh Sapi, yaitu: susu, yoghurt,ghee (mentega murni dari susu sapi), kencing (urine) sapi dan kotoran sapi.

Nah, alangkah dahsyatnya umat Hindu yang meyakini bahwa Sapi tidak boleh disakiti dan dimakan dagingnya, lantas menyumbangkan hewan yang disakralkannya untuk ritual ibadah yang bertentangan dengan keyakinannya tersebut. Hmmmm…tak terbayangkan. Perlu kesadaran yang amat tinggi untuk melakukan itu.

Kasus ini menurut hemat penulis (setiap orang boleh tidak sepaham dengan pendapat ini) justru lebih dekat dengan contoh Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan Ismail. Ismail adalah anaknya, kesayangan dan sumber semangat hidup bagi setiap orang tua. Ia juga tahu bahwa Ismail adalah anak yang akan menjadi penerus dari misi kenabiannya. Namun ketika Tuhan menyerukan agar ia mengorbankan anaknya ia rela mengikuti itu. Meskipun hati dan keyakinannya menolak. Bahkan sempat 3 kali melempar iblis yang terus menggodanya. Karena memang tidak gampang melakukan itu. Setelah lulus dalam tahap ini, kemudian digantikan dengan domba oleh Tuhan.

Ini harus menjadi bahan renungan bagi umat beragama. Bagi yang mengerti arti dari kasus ini tentu akan memahaminya tanpa harus dijabarkan lebih lanjut. Pertanyaan mendasarnya: Kapan terjadi hal yang sebaliknya?**[harja saputra]

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share