Koran Tempo hari ini (1 Oktober 2011) menurunkan salah satu berita yang cukup menghenyakkan. Dengan judul “Lagi, Sopir Angkutan Kota Memperkosa”.
Kali ini berita itu lebih membuat hati kita miris. Bagaimana tidak, karena yang diperkosa adalah anak usia 5 tahun. Satu tindakan pedofilia, kejahatan yang menyangkut masa depan anak. Tak habis pikir, apa yang ada di kepalanya ketika memperkosa anak belia.
Sopir angkutan kota 03 jurusan Warakas-Tanjung priok itu kini sudah ditahan oleh pihak berwajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatan cabulnya.
Tindakan sopir angkot memperkosa ini dalam rentang 1 bulan sudah terjadi 2 kali. Pertama yang terjadi di malam hari di wilayah Cilandak, yang membuat heboh karena dihubungkan dengan pernyataan Gubernur DKI Jakarta masalah rok mini. Kedua yang terjadi pada 29 September, yang diceritakan di atas.
Kejadian pertama, seperti banyak sopir angkot yang menuturkan, terjadi penurunan penumpang yang sangat signifikan. Terutama penumpang di malam hari. Karena takut terhadap isu pemerkosaan oleh sopir angkot. Padahal, para sopir angkot yang lain pun mengutuk tindakan itu. Mereka berujar, “Sopir angkot satu yang memperkosa, kita yang kena getahnya”.
Kini, peristiwa itu terulang lagi. Lebih memilukan. Selain sebuah tindakan pedofilia, anak usia 5 tahun itu anak yatim lagi. Sudah lama ditinggal ayahnya. Kok tega-teganya tindakan bejat itu dilakukan terhadap anak di bawah umur dan yatim.
Tidak bermaksud membuat generalisasi bahwa sopir angkot semuanya jahat, tetapi ini akan menambah daftar kejahatan dari tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Kehidupan di jalan memang keras, saya yang mantan anak jalanan, pernah merasakan itu. Tetapi ketika kerasnya hidup di jalan berujung pada tindakan kejahatan pasti ada yang salah dengan pergaulan mereka.
Motifnya adalah anak itu didekati, disayang, diberi perhatian, lalu “dimakan”. Kejam sekali. Maka, hati-hatilah jika anak Anda didekati oleh orang lain, entah itu tetangga atau orang yang tidak dikenal. Jangan sampai anak menjadi korban dari akibat nafsu binatang.
Nilai-nilai kemanusiaan seakan sudah raib dari masyarakat kita. Memanusiakan manusia menjadi satu agenda penting para tokoh masyarakat dan seluruh elemen bangsa. Memperkosa, membunuh, mengebom, merampas hak-hak orang lain, dan tindakan kriminal lain kerap menghiasi berita surat-surat kabar. Tanpa bosan-bosan, mari kita serukan pada semua orang, “kembalilah pada nilai-nilai kemanusiaan…!**[harja saputra]