Kata siapa kurs dollar itu hanya kepentingan bagi kalangan atas? Ayo angkat tangan siapa yang bilang ini? Saran saya, coba kembali ke bangku kuliah biar nulisnya tidak disebut “tulisan sampah”. Maaf-maaf ya. Sorry to say.
Gerah juga lama-lama melihat para Jokowi Lovers yang sudah kebablasan otaknya. Sedikit-sedikit orang mengkritik disebutnya “Jokowi haters“, menganalisa berbeda dengan mainstream disebutnya tidak mau move on, emang negara ini hanya punya Jokowi Lovers apa.
All is well..all is well…tarik nafas..nah sudah lega dikit. Biar bisa nulis dengan tidak menggebu-gebu. Ungkapan di atas adalah ungkapan jika menulis dipacu oleh emosi hitam-putih. Kenapa juga disebut harus bela-belaan jika memang kondisi objektifnya rupiah melorot tajam, semua harga-harga dasar naik, karut-marut politik tak kunjung selesai, KPK dibikin ompong, dan banyak lagi hal-hal ganjil. Kalau mau gerah ya wajar juga. Jika tidak gerah berarti “kewarasan”-nya dipertanyakan.
Nah tuh lihat dengan baik-baik ajakan turun ke jalan dari BEM UI. Setelah sebelumnya BEM Seluruh Indonesia wilayah Jawa Barat sudah melakukan hal serupa. Pertanyaannya: apakah mereka juga akan disebut sebagai “Jokowi haters” juga? Janganlah berpikir “hitam putih”. Ini salah itu benar. Emang kebenaran cuma milik nenek lu.
Apakah memang benar kenaikan dollar itu tidak ada pengaruhnya bagi masyarakat bawah? Coba tolong itu dibawa ke psikiater orang yang bilang demikian. Begini lho logikanya: perekonomian negeri ini digerakkan oleh kalangan menengah. Ente tahu berapa jumlah kalangan menengah sekarang di Indonesia? Data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan Bank Dunia pada tahun 2014, jumlah kalangan menengah adalah 56.7 persen dari total penduduk Indonesia. Berarti setengahnya lebih.
Kalangan menengah adalah yang membelanjakan uang per harinya 2 sampai 20 dollar. Catat ya, ini laporan resmi dari lembaga negara yang dibukukan pada tahun 2014. Satu tahun lalu lho, artinya pergeserannya dengan tahun ini, karena sekarang baru menginjak semester pertama 2015, peningkatannya atau jika terjadi penurunan tidak akan jauh. Di dalam laporan itu disebut dollar, artinya dollar dijadikan patokan dalam laporan resmi.
Kenapa dollar adalah instrumen penting bagi kondisi ekonomi? Karena jumlah kelas menengah sangat mendominasi, di mana kelas menengah itu adalah mereka-mereka yang dari segi konsumsi dan produksi sangat tergantung dari kurs dollar. Ini clear. Bagaimana saya mau beli komputer, misalnya, untuk keperluan di kantor atau di rumah sementara dollar lagi gila-gilaan. Tentu saya akan menunda keinginan itu kecuali memang terpepet. Bursa pasar elektronik dengan sendirinya di saat dollar gila-gilaan seperti sekarang akan melemah. Sektor-sektor lain yang sangat dipengaruhi oleh harga dollar juga akan mengalami nasib serupa, bahkan naik haji dan umroh pun patokannya adalah kurs dollar lho. Tahu-tempe pun yang notabene identik dengan menu makanan masyarakat bawah sangat tergantung dengan harga dollar.
Dikarenakan sangat terpengaruh oleh dollar maka dampaknya adalah meningkatnya harga-harga dasar kebutuhan. Apakah ketika harga kebutuhan dasar seperti sembako melambung masyarakat kecil tidak akan terbebani? Talk to my hand deh kalau ada yang bilang seperti itu.
Kenaikan dollar di pihak lain menguntungkan juga tapi bukan pada level paling banyak. Menguntungkan bagi para eksportir. Berarti kita harus menggenjot nilai ekspor kita daripada impor. Itu teorinya. Wake up bro..ini dunia nyata bukan alam mimpi. Neraca perdagangan kita setiap tahunnya selalu defisit antara nilai impor dan ekspor. Apakah bisa digenjot ekspor dalam waktu yang sangat dekat untuk atasi harga dollar? Mungkin saja, tapi mungkinnya adalah pada level “mungkin secara akal” alias “mungkin secara teori” dan bukan “mungkin secara realitas”. Secara akal dan teori semuanya mungkin, tak ada yang mustahil, namun secara realitas belum tentu.
Sebagai penutup saya hanya mau mengatakan: masalah ekonomi bukan hanya masalah lovers atau haters. Setelah pilpres masalah itu sudah selesai. Yang paling penting adalah: peduli dan belalah nasib orang lain daripada berada di garis depan gagah-gagahan membela yang jelas-jelas tidak wajar. Bertobatlah, kembalilah ke jalan yang benar nak!**[harjasaputra]