Anda punya anak bayi atau anak kecil yang sedang belajar bicara? Sungguh kenikmatan luar biasa di saat orang tua melihat anaknya sedang belajar bicara. Bagaimana kita melihat anak mencoba menyusun kata-kata. Dengan intonasi cadel, kadang berkata mengikuti orang dewasa bahkan dengan mimik bicara yang meyakinkan. Ekspresi anak dalam bicara bisa membuat orang tua mabuk kepayang.
Berikut ini adalah bahasan mengenai perkembangan komunikasi (baik itu penggunaan bahasa atau berbicara) pada anak yang diambil dari buku Elizabeth Hurlock, Perkembangkan Anak Jilid 1 dan 2 (1995).
Esensi Komunikasi pada Anak
Komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan perasaan. Pertukaran tersebut dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa seperti: isyarat, ungkapan emosional, bicara, atau bahasa tulisan, tetapi komunikasi yang paling umum dan paling efektif dilakukan dengan bicara.
Selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak, tidak semua bicara digunakan untuk berkomunkasi. Pada waktu sedang bermain, anak seringkali berbicara dengan dirinya sendiri atau dengan mainannya. Meskipun demikian, pada saat minat untuk menjadi bagian dari kelompok sosial berkembang, mereka sebagian besar bicara untuk berkomunikasi dengan yang lain dan hanya sewaktu-waktu berbicara terhadap diri mereka dan terhadap mainannya.
Menurut Hurlock, jika komunikasi dimaksudkan untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan, maka terdapat dua unsur penting:
Pertama, anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi. Sebagai contoh, jika mereka menggunakan isyarat, seperti menunjuk sesuatu benda yang ingin dilihat orang lain, maka hal itu harus dalam bentuk yang dapat dipahami. Apabila komunikasi dilakukan dengan bicara, hal itu harus dilakukan dalam kata dan struktur bahasa yang dapat dipahami pendengarnya. Sebagai contoh, apabila anak terbiasa berbicara suatu bahasa (misalnya bahasa Inggris atau Indonesia), mereka tidak akan mengerti apa yang dikatakan kepadanya dalam bahasa lain.
Kedua, dalam berkomunikasi anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain. Sebagai contoh, mereka harus tahu bahwa pada waktu seseorang menunjuk sesuatu benda berarti mereka diharapkan melihat benda tersebut.
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa pada setiap tingkatan umur, kosa kata pasif atau “pemahaman” lebih luas ketimbang kosa kata aktif atau “bicara”. Sebagai contoh, sebelum dapat berbicara, anak memahami arti umum dari hal-hal yang dikatakan orang lain. Ini bukan karena memahami kata yang sesungguhnya, tetapi besar kemungkinan mereka memahami intonasi suara, isyarat, ekspresi wajah pembicara. Sebelum anak berusia 18 bulan, pembicara harus memantapkan kata-katanya dengan isyarat, jika pembicara menginginkan supaya anak mengerti maksud pembicaraannya dengan tepat. Meskipun petunjuknya sederhana seperti “letakkan cangkir di atas meja” hal itu harus disertai dengan isyarat telunjuk ke arah meja dan cangkir supaya anak mengerti apa yang diminta untuk dilakukannya.
Pemahaman dalam beberapa bidang bicara lebih sulit daripada bidang yang lain. Sebagai contoh, perintah lebih dipahami oleh anak ketimbang pernyataan fakta. Sebagian karena perintah biasanya disertai dengan isyarat seperti mengangkat tangan pada waktu seseorang mengatakan, “tidak, tidak” dan sebagian lagi karena perintah diberikan dalam tekanan suara yang pasti. Pada waktu anak bertambah besar, pemahaman mereka bertambah baik, demikian juga kemampuan bicara mereka.
Bicara: Alat Berkomunikasi
Hurlock selanjutnya membahas mengenai arti bicara sebagai alat komunikasi bagi anak. Menurutnya, sebagian besar ketidakberdayaan bayi yang baru lahir berasal dari ketidakmampuan mereka untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk yang dapat dipahami orang lain dan ketidakmampuan mereka memahami kata dan isyarat yang digunakan orang lain. Ketidakberdayaan ini berkurang dengan cepat pada waktu anak dapat mengendalikan otot yang diperlukan bagi berbagai mekanisme komunikasi.
Kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara yang lain mereka mungkin mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok, peran mereka dalam kelompok tersebut akan kecil.
Hurlock juga menegaskan bahwa banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan “bahasa” (language), meskipun istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas, seperti: tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, dan sebagainya. Sedangkan bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaanya paling luas dan paling penting.
Bicara melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental, yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Meskipun demikian, tidak semua bunyi yang dibuat anak dapat dipandang sebagai bicara. Sebelum anak cukup dapat mengendalikan mekanisme otot syaraf untuk menimbulkan bunyi yang jelas, berbeda, dan terkendali, ungkapan suara hanya merupakan bunyi artikulasi.
Ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk menilai apakah anak berbicara dalam artian benar atau hanya “membeo”. Pertama, anak harus mengetahui arti kata yang digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang diwakilinya. Sebagai contoh, kata “bola” harus mengacu hanya pada bola, bukan pada mainan umumnya. Kedua, anak harus melafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah. Kata-kata dapat dipahami anak karena sudah sering mendengarnya atau karena telah belajar memahaminya.**[harja saputra]