Kemajuan di bidang telekomunikasi menciptakan berbagai macam gadget dengan berbagai keunggulan. Gadget dengan berbagai fitur diluncurkan. Begitu juga dengan aplikasi yang support terhadap hardware yang ditanam pada gadget sangat marak. Fitur video, voice dan image yang sangat menyita bandwidth makin digemari. Hal ini menyebabkan para operator seluler harus berusaha keras untuk memenuhi selera pasar meskipun dengan harga yang sangat mahal. Karena inilah tuntutan dari perkembangan teknologi. Tapi rupanya perbandingannya sangat jauh. Teknologi hardware dan software gadget meningkat tidak dibarengi dengan peningkatan infrastruktur. Akibatnya blankspot sering terjadi. Hal ini salah satunya disebabkan melubernya frekuensi penggunaan di pita lebar, terutama di kanal data (internet, streaming, dan sebagainya).
Secara teknologi antara data dan voice telepon bisa dipisah, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Karena pita lebar data tetap menumpang di infrastruktur voice. Sehingga tak aneh banyak operator yang kewalahan dalam menjamin ketersediaan sinyal yang baik bagi konsumen. Tahun lalu (Nov 2011), Telkomsel sebagai operator terbesar di Indonesia, mengalami drop total di wilayah Jakarta Selatan dan Pusat. Semalam XL pun mengalami hal yang sama. Ini adalah kasus nyata. Melubernya frekuensi di jaringan mengganggu semua layanan. Akibatnya akan fatal: kinerja menurun.
Itu dari aspek operator. Dari aspek konsumen, budaya penggunaan teknologi yang hemat sepertinya tak menjadi prioritas. Pokoknya dirasa sudah bayar, digunakan sepuasnya. Tak salah memang. Ini prinsip ekonomi yang sederhana. Contohnya pada layanan Blackberry. Layanan ini sebagian besar bersifat unlimitted, konsumen cukup membayar 99 ribu bahkan bisa kurang karena persaingan harga, dan konsumen bebas menggunakan sepuasnya (meskipun dengan ketentuan tidak boleh digunakan sebagai modem dan lainnya). BBM (Blackberry Messenger) sebagai aplikasi favorit pengguna BB dimaksimalkan penggunaannya. Tak jarang digunakan untuk hal yang tidak penting sama sekali: broadcast pesan kemana-mana karena alasan tertentu seperti ingin eksis dan alasan lain.
Dulu di saat email sebagai sarana komunikasi utama di internet, nyampah di internet dilakukan dengan menyebar email-email spam. Banyak yang berisi penipuan, kabar tak penting, dan sampah lainnya. Di dunia SMS pun begitu. SMS-SMS spam pun banyak. Di saat BBM berjaya masih begitu juga. Ternyata taraf hidup semakin tinggi tidak menjamin pola pikir semakin tinggi juga. Broadcast pesan hoax kemana-mana jika bisa dihindari akan mampu menghemat bandwidth yang memang sangat terbatas. Kecuali memang broadcast itu sangat berguna bagi kemanusiaan, bolehlah. Meskipun memang di sini akan terjadi perdebatan pada masalah: berguna atau tidaknya. Tapi yang pasti apapun alasannya "hemat itu baik, boros itu ga baik".
Slogan Google dapat digunakan: "Stop spam, read books", "Stop broadcast read books". **[harjasaputra.com]