Categories: IPTEK

Cintai Server Dalam Negeri: Seputar Menulis di Blog dan Website

Sumber: morehostingcoupons.com

Menulis ibarat air, ia menyesuaikan dengan media penampungnya. Air jika diisi ke media gelas maka akan berbentuk gelas, sedikit isinya tetapi bisa digunakan untuk minum menghilangkan dahaga. Jika diisi ke media yg lebih besar seperti ember, bak air, kolam dan sebagainya fungsinya pun berbeda. Dapat digunakan untuk mandi, menyiram tanaman, bahkan menjadi tempat hidup dari makhluk hidup seperti ikan, katak, tumbuhan, dan sebagainya. Air juga bisa menjadi eksklusif, didekati hanya untuk tujuan tertentu, air teh adalah air yg bercampur dengan teh dan dimanfaatkan jika manusia ingin minum teh, air kopi juga demikian, dan air-air yg bercampur dengan senyawa lainnya.

Menulis pun demikian. Menulis tergantung dari medianya, ia akan menyesuaikan bentuk media. Ada kelebihan dan kekurangan masing-masing media tergantung dari fungsinya. Menulis di mikroblog seperti twitter adalah ibarat air di gelas, bahkan lebih kecil lagi karena keterbatasan karakter yg dapat ditampung, tetapi bisa berfungsi untuk memberikan informasi secukupnya.

Menulis di blog pribadi, website, dan blog keroyokan (seperti di Kompasiana) sifatnya dapat menampung tulisan lebih banyak sehingga informasi yang disampaikan bisa lebih utuh. Itu karena media yg disediakan lebih luas sehingga tulisannya pun menyesuaikan medianya. Persis seperti air dalam ember atau kolam dan sebagainya yang memiliki ruang lebih besar. Untuk blog keroyokan bahkan medianya lebih luas, seperti kolam atau sungai bahkan bisa jadi lautan, karena di situ tempat berkumpul bermacam-macam tulisan. Dapat menampung lebih banyak “spesies tulisan”. Adapun website (website yg dimaksud adalah yang memiliki domain sendiri yang berbayar) sifatnya lebih eksklusif, persis air teh atau kopi dan sejenisnya. Konten-konten dalam website umumnya memiliki arus masing-masing sesuai dengan ciri khas website itu sendiri.

Blog pribadi (seperti di wordpress, blogspot, dan lainnya) sesungguhnya hampir sama jika kita membuat website pribadi. Bedanya yang satu gratisan dan satunya lagi berbayar. Hampir sama jika kita membuka usaha, tempat usahanya bisa menumpang ke area pertokoan yang sudah jadi dengan cara mengontrak atau membangun sendiri. Nilai kepuasannya tentu berbeda antara menumpang ke tempat lain dengan memiliki sendiri. Yang satu hanya hak guna sedangkan yang satunya lagi hak milik. Padahal kedua-duanya misalnya menjual barang yang sama, hanya saja berbeda dari status tempatnya.

Blog kroyokan memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan blog atau website. Blog keroyokan jika dalam dunia usahanya hampir sama dengan pasar: tempat berkumpul berbagai lapak dengan berbagai jenis barang. Karena seperti pasar, sudah barang tentu tingkat keramaiannya lebih tinggi dibanding dengan membuka toko sendiri (website atau blog pribadi). Di situ ada interaksi langsung, saling sapa, saling komentar, ada juga yang adu mulut, ada juga yang berkoar-koar seperti tukang obat, ada yang asyik sendiri, pokoknya berbagai macam tingkah laku orang ada di situ. Maling pun ada.

Pertanyaannya, bagaimana siasat menulis jika kita punya blog, punya website, dan punya akun di blog keroyokan? Apakah memposting dulu di blog atau website pribadi lalu mempostingnya di blog keroyokan seperti di kompasiana? Cara tepatnya adalah memposting dulu di blog keroyokan (Kompasiana), analoginya lapak di pasar kita isi dulu, karena pembelinya sudah pasti ada dan berkumpul di situ. Setelah pasar tutup baru pindahkan barang-barang jualan Anda ke toko pribadi. Artinya, setelah momen tulisan di Kompasiana berlalu (karena umur popularitas tulisan di Kompasiana umumnya hanya berjarak 1 atau 2 hari), lalu copykan tulisan itu ke blog atau website pribadi. Jangan sebaliknya, karena selain melanggar term and conditions di Kompasiana (yang tidak boleh mengcopy dari blog manapun), juga strategi pemasaran dari tulisan kita tidak tepat.

Keuntungan memposting dulu di Kompasiana baru di blog atau website adalah kecepatan mendaftarkan tulisan kita ke server Google atau mesin pencari lain. Jarak waktu antara tulisan di-publish di Kompasina dan masuk ke dalam indeks Google hanya beberapa menit saja, sedangkan jika tulisan di-publish di blog atau website bisa memakan waktu berjam-jam atau bahkan 1 hari baru terindeks.

Memang ada kerugiannya, tulisan tersebut (yang dicopy ke website atau bog) kalah rank-nya dibanding dengan tulisan pertama yang dipublish di Kompasiana. Tapi itu hanya dalam beberapa hari saja. Biasanya setelah lebih dari 2 minggu tulisan kita yang di website pribadi di banyak kasus bisa sejajar rank-nya dengan yang ada di Kompasiana. Bahkan bisa jadi mengalahkan. Saya punya pendapat berbeda untuk masalah SEO (Search Engine Optimalization) ini dengan banyak orang. Menurut banyak pendapat, jika konten ganda (karena kita mengcopy dari Kompasiana ke website pribadi) maka mesin pencari akan memprioritaskan yang pertama dan cenderung mengabaikan duplikasi dari yang kedua. Menurut saya tidak begitu. Dalam waktu dekat memang seperti itu, tapi lihat saja setelah 1 minggu ke atas, duplikasi di website pribadi bisa sejajar atau bahkan bisa jadi di atas source aslinya di Kompasiana. Bukan berarti SEO Kompasiana jelek atau SEO website tersebut lebih bagus sistemnya. Tetapi, itulah bonafiditas dan keunggulan lain dari website berbayar. Tulisan di Kompasiana itu dikenali oleh google sebagai tulisan blog (tidak berbayar), sedangkan tulisan di website pribadi dikenali sebagai domain berbayar. Inilah kekuatan uang. Alasan inilah juga sebenarnya yang terjadi pada domain co.cc. Makanya, jangan aneh jika ada kontes SEO, yang banyak menang adalah website berbayar bukan blog gratisan. Itu karena website berbayar didukung oleh berbagai fasilitas, bukan hanya masalah system plugin SEO.

Saran saya, milikilah website pribadi selain akun blog kita di Kompasiana. Karena selain sebagai penampung tulisan-tulisan usang dari Kompasiana, juga bisa berfungsi banyak hal: webmail dengan namadomain kita sehingga di saat ditanya alamat email tidak disepelekan seperti kasus anggota DPR di Australia. Lebih keren pastinya jika punya alamat email dengan nama domain dari nama kita sendiri (misal ketika ditanya alamat emailnya apa? saputra@harjasaputra.com..beeeh lebih nampol daripada @yahoo.com). Selain itu, website pribadi juga seperti yang saya jelaskan di atas dari segi keunggulan di mesin pencari. Banyak lagi keunggulan lainnya, kepuasan batin adalah segalanya. Biaya untuk website pribadi di jaman sekarang, dengan 300ribu per tahun Anda bisa memiliki website yang bagus, stabil dan speed yang handal. Desainnya bagaimana? Sudah banyak Open Source gratis seperti Joomla, template WordPress, dan lainnya. Dengan bekal pengalaman ngeblog, Anda tidak akan lagi kesulitan dalam mendesain website pribadi.

Intinya, menulislah pertama kali di Kompasiana, setelah momen berlalu copykan ke website pribadi. Blog pribadi di wordpress atau blogspot, dll bagaimana? Saya berani berujar: tinggalkan saja! Kalau sudah ada website pribadi dan blog di Kompasiana buat apa lagi blog di server luar negeri. Cintai bandwidth dan server dalam negeri..!**

 

Harja Saputra

Blogger | Serverholic | Empat Anak | Satu Istri | Kontak: me@harjasaputra.com

Share