“The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own reason for existing” (Einstein). Kata Einstein, yang terpenting jangan pernah berhenti untuk bertanya. Rasa ingin tahu (curiosity) adalah alasan utama kita ada.
Berangkat dari rasa ingin tahu saya terhadap bahan bakar baru yang diperkenalkan akhir-akhir ini oleh Shell sebagai produsen bahan bakar dunia, yaitu Shell V-Power. Bahan bakar ini dipercaya memiliki performa luar biasa, karena 99% memiliki bahan sama dengan bahan bakar yang digunakan untuk balapan oleh Ferrari di FIA Formula One World Championship 2013.
Selain itu, dipercaya memiliki nilai keekonomisan (efisiensi) yang tinggi. Hal ini karena, umumnya dalam satu kali balapan Formula One hanya diperbolehkan mengisi bahan bakar 1 kali, sehingga bahan bakar yang digunakan harus yang memiliki tingkat efisiensi optimal.
Penasaran ingin membuktikan itu semua. Untuk itu, sejak 13 hingga 28 April saya bersama rekan-rekan dari komunitas Kampret (Kompasianer Hobi Jepret) melakukan serangkaian percobaan untuk membuktikan efisiensi bahan bakar Shell V-Power.
Dalam penentuan jenis kendaraan yang digunakan terjadi perdebatan. Ada dua mobil waktu itu: yang ber-cc rendah yaitu 1000 cc (Xenia punya saya) dan ber-cc tinggi (1600cc punya om Didiet). Akhirnya diputuskan percobaan dilakukan pada mobil cc rendah.
Alasannya: untuk uji efisiensi tak ada perbedaan, baik menggunakan mobil cc rendah maupun mobil cc tinggi. Kendaraan menjadi faktor konstan dan bahan bakar menjadi variabel (faktor yang mempengaruhi). Yang akan diukur adalah perbandingan antara jumlah bahan bakar yang dihabiskan dengan jumlah daya tempuh kendaraan (dengan menggunakan rasio).
Tentu saja terdapat perbedaan hasil rasio jika dilakukan dengan kendaraan yang berbeda tergantung dari jenis kendaraan. Kendaraan yang cc-nya lebih rendah akan lebih irit dibanding dengan cc tinggi. Tapi di sini bukan untuk membandingkan itu, tapi bagaimana dengan menggunakan kendaraan yang sama lalu dilakukan penggunaan bahan bakar yang berbeda-beda apakah terdapat perbedaan tingkat efisiensi ataukah tidak.
Efisiensi (Penggunaan Dalam Kota)
Berikut ini adalah hasil eksperimen saya terhadap tingkat efisiensi bahan bakar Shell V-Power.
1. Mengosongkan tangki mobil
Mengosongkan tangki mobil dilakukan agar tidak tercampur dengan bahan bakar lain, sehingga yang diuji benar-benar bahan bakar Shell V-Power. Disisakan sedikit (sekitar 4 liter) untuk menuju SPBU Shell terdekat, yaitu Shell Kemang.
Kemang tau sendiri macetnya seperti apa, perkiraan 4 liter cukuplah untuk mencapai SPBU. Untuk antisipasi kalau tidak cukup, saya ajak pasukan Kampret (Kompasianers Hobi Jepret) untuk dorong..hahaha.
2. Setelah dikosongkan, tangki mobil diisi di SPBU Shell dengan bahan bakar Shell V-Power
Shell V-Power per liter 11 ribu rupiah. Seperti terlihat di foto di atas, saya bereksperimen dengan mengisi full (37.64 liter).
3. Mulai mengukur dengan meng-nolkan spidometer
Direset ke nol (harjasaputra)
4. Setelah kendaraan beberapa hari dipakai, lalu melakukan perbandingan rasio penggunaan bahan bakar dengan daya tempuh kendaraan.
Rasio penggunaan bahan bakar Shell V-Power dalam kota (harjasaputra)
Keterangan: karena di awal pengisian full tank, maka untuk mengecek berapa liter yang dipakai, maka caranya adalah dengan mengisi lagi full tank dan dilihat berapa liter yang dibeli. Itulah nilai dari pemakaian.
Dari perhitungan rasio di atas, diperoleh rasio untuk pemakaian dalam kota 1: 10. Artinya 1 liter bahan bakar Shell V-Power bisa mencapai 10km perjalanan.
Oh iya, ada perbedaan harga antara pengisian Shell V-Power pertama di Kemang dengan pengisian di Margonda Depok. Harga awal 11.000 lalu di Depok 10.700. Turun harga 300 rupiah. Kan lumayan tuh.
5. Untuk melihat nilai keekonomisan (tingkat efisiensi pemakaian bahan bakar) caranya adalah membandingkan dengan bahan bakar lain. Jika dibandingkan dengan bahan bakar di SPBU merah dengan nozzle kuning (premium), yang saya beli sebelum uji coba Shell V-Power, diperoleh rasio sebagai berikut:
Rasio BBM Premium (harjasaputra)
Keterangan:
– Cara perhitungan adalah dengan menghitung selisih dari jarak tempuh yang tertera di speedometer. Pengisian bahan bakar premium 20.6 liter dengan metode yang sama: yaitu full tank to full tank fuel. Untuk pemakaian dalam kota, diperoleh rasio 1:6.
– Rute yang digunakan dalam pengujian dalam kota dengan menggunakan Shell V-Power dan Premium adalah sama, yaitu Depok-Senayan (pp).
– AC (karena AC mobil berpengaruh terhadap penggunaan bahan bakar) dinyalakan dan diatur pada level yang sama antara pemakaian dengan Shell V-Power dengan Premium.
Perlu diingat, jelas tidak fair, tidak apple to apple membandingkan bahan bakar Shell V-Power yang beroktan 95 dengan Premium yang beroktan 88. Untuk itu, dalam tulisan selanjutnya akan dilakukan perbandingan dengan kelas bahan bakar yang sama-sama memiliki oktan 95.
Sengaja dimunculkan di sini perbandingan itu, untuk menunjukkan bahwa beralih dari bahan bakar subsidi ke bahan bakar non-subsidi itu memiliki nilai keekonomisan yang sama. Harganya memang 2x lipat lebih tetapi efisiennya juga mendekati 2x lipat.
Ditambah lagi dapat bonus yang lain: yaitu mesin tidak mudah kotor oleh timbal, mesin lebih responsif dan performanya meningkat sebagai diferensiasi produk bahan bakar oktan tinggi dibanding oktan rendah.
Tinggal masalahnya, bahan bakar mana yang lebih efisien dan performanya optimal, ini yang penulis berusaha analisis: apakah produk Shell, Total, atau Pertamina? Nanti di tulisan yang kedua akan ketahuan.**[harjasaputra]
Baca Juga: Perbandingan Premium, Pertamax, Pertamax Plus, dan Shell V-Power
wah penjelasan yang bagus!!!! jadi referensi untuk pindah bahan bakar nih
Info yang menarik, sayangnya pompa bahan bakar shell belum banyak tersedia